Halal Bihalal Di Piwulang Becik

Halal Bihalal

Terimakasih teman-teman atas kehadiran, diskusi dan tentu makanan yang dibawanya :). Awal tahun ajaran 2019/2020 nanti, kita akan bersama-sama membangun Adab dan Kompetensi setiap anak, membangun kolaborasi dengan komunitas dan ekosistem lainnya dengan saling berguru, belajar dan melakukannya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H

meminta maaf adalah kelapangan
sebaliknya, menyebabkan kesempitan

memaafkan membawa Anda dalam ketenangan
tidak pernah memaafkan adalah kesombongan

maaf memaafkan adalah kasih sayang
membawa kebahagiaan

halal bihalal Piwulang Becik, Selasa 11 Juni 2019 jam 1600

John Dewey

(20 Oktober 1859 – 1 Juni 1952)

Seorang filosof, psikolog dan pembaharu pendidikan dari Amerika dimana ide orisinalnya dan perhatiannya terhadap pengalaman dan refleksi, demokrasi dan komunitas, dan lingkungan pembelajaran, berpengaruh sangat kuat terhadap perkembangan dunia pendidikan dan reformasi sosial.

John Dewey meyakini bahwa pendidikan harus melibatkan dan memperluas pengalaman yang berkelanjutan secara terus menerus sehingga menjadi untaian penting dalam praktik pendidikan informal.

Eksplorasi pemikiran dan refleksi dari Dewey yang terkait dengan peran para pendidik, terus menjadi inspirasi. Kepeduliannya dengan interaksi dan lingkungan untuk pembelajaran memberikan kerangka kerja yang berkelanjutan dalam penerapannya. Dan hasratnya untuk demokrasi dalam pendidikan adalah supaya semua orang dapat berbagi dalam kehidupan bersama, memberikan dasar pemikiran yang kuat untuk praktik dalam pengaturan asosiasi di mana pendidik informal bekerja.

Art is the most effective mode of communications that exists

Beri dan ajaklah siswa sesuatu untuk dilakukan, bukan sesuatu untuk dipelajari, karena laku/perbuatan itu sendiri secara alami sifatnya sudah meliputi tuntutan untuk berpikir dan belajar. Karena kita tidak sedang belajar dari pengalaman, tetapi kita sedang belajar dari merefleksikan pengalaman.

Pendidikan adalah proses sosial; pendidikan adalah pertumbuhan; dan pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan adalah hidup itu sendiri.

Berikut adalah buku-bukunya yang telah menginspirasi gerakan pembaharuan sistem pendidikan.
(1916) Democracy and Education. An introduction to the philosophy of education
(1933) How We Think. A restatement of the relation of reflective thinking to the educative process
(1929) Experience and Nature
(1938) Experience and Education

 

Ivan Illich

Dilahirkan di Vienna Austria tanggal 4 September 1926 dan meninggal di Bremen Jerman tanggal 2 Desember 2002. Seorang pendeta katolik roma, filosof dan terkenal dengan deschooling nya dengan terbitnya buku tulisan dia Deschooling Society tahun 1971. Sebuah kritikan tajam terhadap sistem pendidikan massal.

Deschooling tidak berarti mengabaikan pembelajaran di sekolah, tetapi untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki pilihan apakah mereka akan bersekolah secara formal atau tidak. Kalau pun mereka bersekolah, bukanlah karena paksaan orang tua atau lingkungan. Atau harus mengikuti tes sebelum memasuki sekolah yang kemudian tidak mempunyai kesempatan untuk mempelajari topik yang diinginkan. Semustinya mereka diberi ruang dan kebebasan untuk memilih bagaimana mereka belajar atau bersekolah.

Kritikan Keras Terhadap Sistem Pembelajaran di Sekolah

Ivan Illich mengamati bahwa sistem pembelajaran di sekolah saat ini tidak mencukupi, karena dengan ketat lebih fokus kepada skill drill (latihan detail keterampilan teoritik). Bukan kepada metode belajar si anak.

Masyarakat telah didoktrinasi untuk percaya bahwa keterampilan itu berharga dan dapat diandalkan hanya jika itu adalah hasil dari sekolah formal.

Padahal kebanyakan pembelajaran bukanlah hasil dari instruksi. Ini lebih merupakan hasil dari partisipasi tanpa hambatan dalam lingkungan yang baik dan berarti. Cara terbaik kebanyakan orang dalam belajar adalah “bersama dengannya” (with it).

John Holt

John Caldwell Holt (lahir 14 April 1923, wafat 14 September 1985) adalah seorang penulis dan edukator dari Amerika dengan gagasan radikalnya: unschooling.

Anak-anak yang diberikan lingkungan belajar yang kaya dan mampu memberikan stimulasi positif, akan secara alami mulai belajar ketika mereka siap dan mempelajari apa yang siap dipelajari.

“We learn to do something by doing it.
There is no other way.”

Holt meyakini bahwa anak-anak tidak perlu dipaksa untuk belajar; mereka akan melakukannya secara alami jika diberi ruang dan kebebasan untuk mengikuti perhatian dan kepentingannya dan di dalam lingkungan dengan berbagai macam sumber daya yang ada. Garis pemikiran inilah yang di kemudian hari disebut unschooling (tidak sekolah).

Kecintaan belajar anak-anak ketika masih kecil sangatlah kuat, tetapi kemudian kita menghancurkannya dengan berbagai penghargaan dan hadiah yang pada akhirnya hanya akan membuat mereka merasa lebih baik dari lainnya. Atau dengan memutuskan apa yang menurut kita harus mereka pelajari, atau memikirkan cara cerdik untuk mengajarkan kepadanya.

Supaya tidak terjadi hal seperti itu, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah membantu anak-anak menjangkau dunia yang luas ini sejauh yang kita mampu, kemudian memperhatikan dengan seksama apa yang sedang mereka lakukan, berusaha menjawab pertanyaan mereka dan membantu mereka dalam mengeksplorasi hal-hal yang paling mereka minati dan perhatikan.

Berikut adalah buku-buku yang ditulis oleh John Holt yang sering menjadi rujukan bagi praktisi unschooling:
How Children Fail (1964)
How Children Learn (1967)
The Underachieving School (1969)
What Do I Do Monday? (1970)
Freedom and Beyond (1972)
Escape from Childhood (1974)
Instead of Education (1976)
Never Too Late (1979)
Teach Your Own: A Hopeful Path For Education (1981)

Beberapa ebook bisa diunduh di https://www.johnholtgws.com/homeschooling-resource-downloads/

Visi Membangun Manusia

Setidaknya lima tahun ke depan, “membangun sumber daya manusia (SDM)” akan menjadi kunci di republik ini. Bukan karena diusung Jokowi-Ma’ruf Amin yang memenangi Pilpres 2019, melainkan karena esensi substansi: Kemajuan adalah milik bangsa dengan manusia berkualitas. Membangun manusia adalah jalan memajukan bangsa.

Di zaman ekonomi digital ini, yang cepatlah yang menentukan. Bukan yang sekadar pintar, apalagi hanya “besar”. Revolusi Industri 4.0 meminggirkan mereka yang lambat. Perubahan drastis yang semula terjadi hanya di sektor bisnis dan manufaktur kini merambah ke semua sektor, termasuk pemerintah dan pembangunan secara keseluruhan. Tidak hanya profesional dan pebisnis, tapi dosen dan guru, dokter, petani dan nelayan, bahkan aktivis dan pegawai pemerintah juga dipaksa beradaptasi dengan kemajuan ini. Dan tampaklah siapa yang cepat dan meraih manfaat, dan siapa yang tertatih-tatih mengejarnya. …

EKOSISTEM

Di sinilah pentingnya ekosistem untuk mengembangkan talenta nasional. Harus ada kemauan politik serta kebijakan dan tata laksana untuk mengelola dan mengembangkan talenta Indonesia.

Janji politik Jokowi-Ma’ruf tentang Empat Dana Abadi bisa dimanfaatkan secara strategis untuk mengakselerasi proses excellence ke hilir ini.

  1. Dana Abadi Pendidikan untuk meningkatkan pokok modal Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Rp 60 triliun ke Rp 100 triliun pada 2024 adalah enabler untuk melahirkan talenta di bidang akademis.
  2. Dana Abadi Penelitian bisa menjadi skema fleksibel untuk mendorong kinerja penelitian agar makin fokus menghasilkan terobosan inovatif, melengkapi inisiatif DIPI (Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang sudah diluncurkan.
  3. Agar bisa duduk di peringkat ke-500 atau bahkan ke-300 dunia, Dana Abadi Perguruan Tinggi bisa digunakan kampus untuk membangun kapasitas mereka.
  4. Dana Abadi Kebudayaan, yang sudah umum di negara maju, harus diarahkan untuk membangun prasarana dan ruang berkarya bagi pekerja seni dan budaya, sekaligus untuk meningkatkan kapasitas mereka.

EKOSISTEM UNTUK KREATIVITAS

Prinsip ketiga membangun manusia Indonesia adalah lompatan kebijakan dan tata kelola yang harus mengikuti visi, bukan sebaliknya. Dari semesta pembangunan, saya pilih tiga terpenting:

  • kesejahteraan sosial;
  • iptek, inovasi, dan seni;
  • serta pemerintahan dan reformasi birokrasi.


Sektor iptek, inovasi, dan seni butuh perombakan. Masalahnya bukanlah dana negara yang terbatas, melainkan perlunya ekosistem. Terimalah fakta bahwa inovasi, seni, dan perkembangan pengetahuan tak akan pernah bisa dipaksakan. Yang bisa dilakukan adalah membangun ekosistem agar kreativitas tumbuh, inovasi muncul, dan gagasan baru dilahirkan. Untuk itu, peran komunitas epistemik penting. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), ataupun Dewan Riset Nasional (DRN), seperti halnya Dewan Kesenian, harus dipastikan independen, by expertise, dan sungguh mendapatkan ruang untuk menilai validitas gagasan yang akan mendapatkan dukungan pendanaan dan untuk memastikan prinsip fleksibilitas pendanaan iptek dan seni.

Terakhir, reformasi birokrasi dan pemerintahan yang harus bisa mengejar kemajuan zaman. Singkatnya, kata Presiden Jokowi, “Pemerintahan Dilan: digital melayani“. Dibandingkan swasta, pemerintah dan birokrasi memang paling lambat mengadopsi dan mengadaptasi kemajuan teknologi. Karena itu, pemerintah harus memastikan ketersediaan data dan peta yang terbuka dan bebas diakses publik. Selain mendigitalisasi layanan publik, perencanaan pembangunan harus memanfaatkan big data analytics.

Indikator keberhasilan e-government bukan hanya penghematan anggaran IT dan integrasi teknologi, tetapi meningkatnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah yang makin terbuka, dekat, mudah dijangkau, dan melayani.

Kutipan dari sebuah tulisan Yanuar Nugroho (Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI Bidang Sosial, Budaya, dan Ekologi Strategis) di Kompas, 8 Juni 2019.

Halal Bihalal di Sanggar Lebah Putih

Sabtu 8 Juni 2019 kami berkunjung ke Sanggar Lebah Putih. Sudah agak telat, tetapi teman-teman masih banyak yang ngobrol dan bercerita berbagai hal di situ. Nah, makanan pun masih komplet untuk dinikmati setelah bersalaman halal bihalal dengan mas Dodik, mbak Septi, Elan dan teman semuanya.

Halal bihalal adalah momen yang menarik setelah lebaran. Biasanya memang dekat sekali dengan hari lebaran. Tapi kadang pula selama masih bulan Syawal, halal bihalal masih dilakukan.

Saling meminta maaf, memaafkan dan merajut lagi kehidupan dengan hati yang lapang.

Maria Montessori

Maria Tecla Artemisia Montessori (lahir 31 Agustus 1870, wafat 6 Mei 1952) adalah seorang dokter dan pendidik dari Italia yang dikenal sebagai filosof pendidikan dan tulisan-tulisannya tentang pedagogy (ilmu dan metode pendidikan dan pengajaran).

Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah mengaktifkan hasrat alami anak untuk belajar

Salah satu filosofi metode montessori adalah mendidik anak dengan teladan. Jangan memerintahkan anak, tetapi contohkan bagaimana melakukannya. Karena, kalau kamu hanya mengatakannya, anak hanya akan melihat bibir kamu saja. Tetapi jika kamu mencontohkannya maka anak akan berkeinginan untuk melakukannya sendiri.

Pendidikan adalah proses alami yang berkembang secara spontan pada manusia. Tidak didapatkan dari mendengarkan sebuah kata, tetapi sebuah hasil kebajikan dari pengalaman dimana seorang anak berperilaku di lingkungannya.

bahasa yang paling sempurna dapat diucapkan oleh manusia adalah saat dia bayi,

ketika tidak satu orang pun yang mengajarinya

Pendidikan yang dimulai dari anak usia dini bukanlah mempersiapkannya untuk sekedar bersekolah, tetapi untuk menjalani sebuah kehidupan.

Karena pada akhirnya, kesadaran menemukan karakternya dan memiliki kemampuan sendiri, dihargai dan dicintai oleh lainnya, merasa berguna dan produktif adalah faktor utama dari jiwa manusia pada umumnya.

Gambar diambil dari https://en.wikipedia.org/wiki/Maria_Montessori

Charlotte Mason

Children Are Born Persons

adalah ungkapan yang sangat menggaung ke dunia pendidikan di tahun 1880an yang terus relevan sampai sekarang dan nanti. Charlotte Maria Shaw Mason (1 January 1842 – 16 January 1923) adalah guru yang walk the talk (melakukan apa yang telah diucapkan), sehingga dampaknya mendalam terhadap guru dan siswa bahkan terhadap kehidupan keluarga dalam mendidik orang tua dan anaknya.

Layaknya sebuah biji, anak sudah mempunyai potensi untuk berkembang menjadi pribadi yang utuh. Segala potensi khas dari seorang manusia dewasa sudah ada dan itu adalah pemberian dariNya. Ini bukanlah potensi awal yang bisa dinilai baik dan buruknya.

Dia akan menjadi baik jika ditumbuhkan dengan baik melalui tahap ketaatan sebagaimana layaknya orang yang baru belajar kepada gurunya. Sebuah ketaatan yang tumbuh dari rasa hormat kepada guru dan orang tuanya sebagai pendidik pertama.

Education is an atmosphere, a discipline, a life

Anak, orang tua, guru dan lingkungan sekitarnya membuat atmofsir kehidupan yang menumbuhkannya menjadi pribadi yang utuh. Anak belajar dari tutur, laku dan teladan lingkungan sekitarnya.

Kebiasaan baik yang teratur dari lingkungan terdekatnya melatih kedisplinannya secara alamiah. Kehidupan lingkungan sekitarnya adalah pendidikan yang paling baik. Anak tidak saja belajar tetapi juga meneladani kebiasaan baik itu. Anak tidak saja mendapatkan ide tetapi juga penerapannya (konteks). Pengalaman yang dinamis, hidup dan lekat dengan kesehariannya.

Dengan dasar yang baik dari lingkungannya inilah, akar budi pekertinya mendalam dengan kuat. Kehendaknya menjadi lebih terarah karena tumbuh darinya. Nalarnya pun berkembang dan terkendalikan dengan baik. Dengan teladan kehidupan yang nyata, anak terbiasakan dengan memilih dan memilah yang baik dan buruk baginya.

Sehingga, dia menjadi insan yang bertanggungjawab, bukan saja terhadap dirinya tetapi juga alam sekitarnya. Karena semua ini adalah ciptaanNya dan kita bertanggungjawab untuk memelihara kehidupannya. Kehidupan akademis, kehidupan beragama, kehidupan sosial … semuanya saling berhubungan, saling menguatkan … karena Tuhan selalu bersama seluruh kehidupannya.

Children are born persons

gambar Charlotte Mason diambil dari https://en.wikipedia.org/wiki/Charlotte_Mason

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440H

Assalamu ‘alaikum sahabat Piwulang Becik,

Banyak hal yang telah kita lakukan dan kami sangat berterimakasih atas partisipasi dan dukungannya selama ini. Ada suka duka, sedih gembira. Kita lalui bersama.

Maafkan kami selama ini dalam memberikan pelayanan. Dan kami telah memaafkan pula jika ada hal-hal dari teman-teman yang kurang berkenan di kami.

setiap hari tanpa maksiat, adalah hari raya.

Kini saatnya kita merayakan hari kemenangan, hari kebersamaan untuk melangkah lebih lanjut lagi.

Sukacita di Hari Kemenangan

I’ve paid my dues
Time after time
I’ve done my sentence
But committed no crime
And bad mistakes
I’ve made a few
I’ve had my share of sand kicked in my face
But I’ve come through

(And I need to go on and on, and on, and on).

We are the champions, my friends
And we’ll keep on fighting ’til the end
We are the champions
We are the champions
No time for losers
‘Cause we are the champions of the world

setiap kemenangan musti dilalui dengan pengorbanan

Selama Ramadhan ini, kita telah menunaikan kewajiban. Dari hari ke hari berjuang mengalahkan nafsu diri. Masih banyak kesalahan yang kita lakukan. Dan sedikit kebaikan yang kita kerjakan. Tapi kita terus berjuang dan berjuang. Karena kita adalah pemenang, bukan pecundang.

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Selamat bersukacita di Hari Kemenangan ini