Sekolah Yang Membebaskan (1)

Kebebasan

Kebebasan adalah hadiah terbaik dan terindah yang dipersembahkan oleh Tuhan kepada manusia. Mengapa? Karena satu-satunya makhluk yang diciptakan merdeka, memiliki ikhtiar dan bisa mengubah dirinya sendiri adalah manusia.

Sang Guru berkata
janganlah engkau menjadi budak alias tawanan orang lain
karena Tuhan melahirkanmu sebagai orang yang merdeka

Sekolah sebagai wahana belajar dan ekspresi kreativitas siswa harus menjadi tempat yang membebaskan siswa untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai dan tidak menjadi “penjara” yang mengekang kebebasan dan justru membuat anak-anak terasing dengan dirinya sendiri; terasing dengan cita-cita dan kesukaannya.

Anak-anak bukan hanya menjalankan perintah-perintah dan aturan-aturan yang sudah didesain dan ditentukan oleh sekolah dan guru-gurunya, tapi mereka disadarkan untuk berkarya dan melakukan hal-hal yang menumbuhkan kemampuannya.

Kontrak Belajar

Mestinya anak-anak sejak semula terikat kontrak belajar untuk menentukan sendiri sekarang mau jadi apa dan berupaya sungguh-sungguh untuk melakukan aktivitas yang mendukung kemajuan pilihan cita-cita yang ditetapkannya. Orangtua seyogianya membebaskan anaknya dan mendukung anaknya mewujudkan kemampuannya. Orangtua tidak seharusnya memaksa anak mengikuti semua keinginannya dan mencetaknya seperti dirinya tanpa melibatkan kehendak dan kesukaan serta kenyamanan anaknya. Ingat, anak kita terlahir bukan di zaman kita dan metode pendidikan pun sudah banyak berubah.

Tidak sedikit anak-anak yang seperti robot yang harus menuruti apa keinginan pemiliknya.  Mereka pergi ke sekolah hanya untuk memenuhi harapan orangtuanya sementara mereka sendiri tidak menikmati keberadaannya di sekolah dan masa belajarnya semua dilakukan dengan terpaksa dan ketidaknyamanan.

Bebaskan Ruhku

Ya, di sana banyak batin yang menjerit dan berteriak, wahai ayah, wahai ibu, biarkan dan izinkan aku menjadi diriku sendiri seperti yang aku inginkan dan aku suka! Carikan sekolah yang membebaskan ruhku! Jangan jadikan sekolah sebagai penjara tahunanku! Aku perlu guru sang pembebas? Aku harus cari guru yang membantu kebebasanku dari tawanan raga dan nafsu amarah! Aku harus pastikan sekolah menjadi rumah keduaku dan surga kebahagiaanku.

Sa'di berkata
Bila sekolah membebaskan dan menyenangkan
hari libur pun para siswa merengek minta masuk sekolah

One Life, No Regrets

Hidup Hanya Sekali, Jangan Pernah Menyesal

Setelah mengikuti pelatihan parenting, pernahkah kita berkata dalam hati, “Ah, seandainya dulu saya tahu tentang hal ini, tentu hidupku lebih baik lagi.” Atau merasa dulu sekolahnya salah, tidak sesuai dengan passionnya sekarang. Alias salah jurusan. Atau di lingkungan yang salah. “Seandainya dulu aku dalam lingkungan yang bagus maka kehidupanku tentu berbeda dengan sekarang.” Dan seterusnya.

Yang intinya, adalah penyesalan.

Gary Vaynerchuk atau dikenal dengan panggilan Gary Vee dengan sederhana mengatakan “One Life, No Regrets”.

Racun yang paling mematikan di dalam diri kita adalah Penyesalan.

Berhentilah mengeluh, menyalahkan, membuat banyak alasan. Terimalah itu semua sebagai bagian dari proses kehidupan kita.

Bahagiakanlah kehidupan kita. Proses kita. Kita bisa membahagiakan orang lain, hanya jika kita sendiri sudah bahagia. Jika semua orang bisa melakukannya, maka kita mampu melakukannya juga.

Di dalam dunia bisnis, proses bagaimana mendapatkan uang itu, jauh lebih penting daripada seberapa banyak uang yang didapat.

How you make your money 
is more important than 
how much you make 
(Gary Vee)
https://www.garyvaynerchuk.com/
https://en.wikipedia.org/wiki/Gary_Vaynerchuk

Belajar Menahan Diri

Makanlah seperlunya.
Tidak semua yang tersedia
musti habis untuk dirinya.
Ingatlah teman lainnya.

Perut ada batasnya.
Butuh ruang antara.
Berjejal, sumpek jadi susah mencerna.
Bukan sehat, nanti jatuh sakit jadinya.

Kalau terlalu sering mencerna,
kapan kerjanya.

Nafsu perlu terkendali.
Belajarlah menahan diri.

Read more

Makan Bersama

Antri dan mengambil makan seperlunya saat makan bersama dengan memperhatikan teman lain adalah awal dari belajar kepedulian dan keadilan.

Tuhan ciptakan alam penuh dengan keseimbangan. Sumber daya yang ada telah dan akan selalu mencukupi penghuninya, selama mereka bisa berbagi dengan adil dan memperhatikan kebutuhan lainnya.

bumi mampu memenuhi setiap kebutuhan manusia, tetapi tidak akan mencukupi keserakahan manusia
(Mahatma Gandhi)

Tetapi jika hanya memikirkan kepentingan, kebutuhan, kesenangan dan kepuasannya sendiri … dunia yang luas inipun tidak pernah akan mencukupinya.

Awal dari kedholiman adalah berebut, baik dengan kaki, tangan bahkan parang. Mulailah untuk tidak saling rebut makanan, karena bisa jadi awal dari sebuah keserakahan.

Ki Hadjar Dewantara

Nama kecilnya adalah Raden Mas Suwardi Surjaningrat, (lahir 2 Mei 1889, wafat 26 April 1959 di Yogyakarta). Pendiri Taman Siswa di bulan Juli 1922, sebuah jaringan sekolah yang meluas dan berpengaruh, dimana sangat menggalakkan modernisasi tetapi tetap berpijak kepada kearifan lokal dan budaya Indonesia.

Semboyan Tut Wuri Handayani yang berasal dari tradisi Jawa, digaungkan lagi oleh Ki Hadjar Dewantara. Menjadi masyhur dan kemudian dijadikan slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

PENGAJARAN DAN PENDIDIKAN DI TAMAN SISWA

Pengajaran dan pendidikannya menekankan kepada budaya kehidupan tradisional Jawa. Tetapi pengetahuan dari dunia Timur dan Barat dikenalkan juga, diajarkan untuk membantu siswanya menghadapi tantangan dunia modern pada jaman itu. Maka tidak heran jika pemikiran dari pujangga besar India Rabindranath Tagore, yang pernah mengunjungi pusat perguruan Taman Siswa di Yogyakarta pada 1927 dan Maria Montessori dari Italia, yang sempat berkunjung ke Taman Siswa tahun 1941, telah dikenal dengan baik.

Ki Hadjar Dewantara mengagumi ide Montessori yang membongkar dunia pendidikan lama kemudian membangun aliran baru. Montessori membangun perkembangan psikologis, kehidupan jasmani anak-anak, menstimulasi dan mengoptimalkan perkembangan kognitif dan panca-inderanya. Tetapi Taman Siswa dikembangkan lebih dari itu, yang mengutamakan perkembangan batin anak-anak, mengajarkan anak untuk mengenal penciptaNya.

Ki Hajar mengatakan pendidikan yang “Sangat mengabaikan kecerdasan budi-pekerti sehingga menimbulkan penyakit intellektualisme yakni mendewakan angan-angan, yang menimbulkan kemurkaan-diri atau individualisme dan kemurkaan-benda atau materialisme, itulah yang menyebabkan hancurnya ketentraman dan kedamaian di dalam hidupnya masyarakat!”

Sementara itu, sistem pendidikan Tagore menjadikan anak sebagai alat dan syarat untuk memperkokoh kehidupan kemanusiaan terutama dalam religiusitas, tetapi kurang memperhatikan masalah kognitif dan psikologis.

Taman Siswa mengembangkan sistem pendidikan tradisi Jawa – yang bisa jadi – telah mencakup ide dari sistem Montessori dan Tagore.

PENDIDIKAN YANG BERDAMPAK SOSIAL

Baginya, pendidikan tidak hanya berdampak kepada pribadi pembelajar saja, tetapi juga kepada masyarakat luas. Kepedulian kepada keadaan sekitarnya yang terjajah, membangkitkannya untuk aktif dalam perjuangan melawan ketidakadilan tersebut. Selain aktif di organisasi Sarekat Islam, bersama Douwes Dekker (Dr Danudirdja Setyabudhi) dan dr Cipto Mangoenkoesoemo, mereka mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Ki Hajar Dewantara memprotes perayaan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Tulisannya di surat kabar De Expres pada 13 Juli 1913, yang diterbitkan oleh the Indische Partij, berjudul “Als ik een Nederlander was” (Seandainya Aku Seorang Belanda) sangat mengena dan kritikan pedasnya menggema:

“Sekiranya aku adalah seorang Belanda, aku tak akan membuat pesta kemerdekaan di negeri yang telah kurampas sendiri kemerdekaan mereka. Sejalan dengan pikiran tersebut, bukan saja tak adil, tapi juga tak pantas untuk menyuruh para inlander memberi sumbangan untuk dana pesta tersebut. Ide pesta itu saja sudah menghina mereka sendiri, dan sekarang kita rampok pula kantong mereka. Teruskan saja penghinaan itu! Andai saja aku seorang Belanda, hal yang paling menyinggung perasaanku dan kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa pribumi diharuskan ikut membayar pesta yang mereka tidak punya kepentingan apapun bagi mereka!”.

Karena tulisan ini, dia diasingkan ke Belanda pada tahun 1913 dan baru dipulangkan ke Indonesia pada September 1919.

Dengan jasa-jasanya yang besar ini, maka pemerintah RI menetapkan hari kelahirannya, 2 Mei, sebagai Hari Pendidikan Nasional.

PEJUANG KEMERDEKAAN

Menariknya, di Iran, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Guru, untuk mengenang jasa besar Murtadha Muthahari seorang pejuang pendidikan dan melawan kediktatoran. Beliau dibunuh oleh kelompok Furqan yang anti Revolusi pada tanggal 1 Mei 1979. Kalau Ki Hajar Dewantara memprotes perayaan 100 tahun bebasnya negeri Belanda, Murtadha Muthahari dijebloskan ke penjara oleh rezim saat itu karena menentang perayaan mewah memperingati 2500 imperium Persia ditengah-tengah kemiskinan dan kemelaratan rakyat Iran.

Keduanya dikenang sebagai Penegak Keadilan ; bapak pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan.

Sandal Jepit

Mengatur sandal jepit kelihatannya sederhana. Tetapi, belajar adab memang dari hal yang kecil. Jika adab yang mudah saja tidak bisa, bagaimana mungkin akan beradab kepada hal yang lebih besar lagi.

Aturlah sandal dengan rapi, tidak berserakan kemana-mana, tidak meletakkan sandal di atas sandal teman lainnya.

Ada suatu kisah nyata, dimana seorang arif pada hari ke-empat tidak mengajarkan lagi tentang adab berbuat baik dan tidak dholim. Murid-muridnya yang sudah datang menunggu dan menunggu hingga akhirnya mereka bertanya-tanya, apakah pengajarnya sedang sakit? Sehingga mereka kemudian datang ke rumahnya dan mendapati sang arif ini sehat wal afiat. Mereka agak bingung, kalau sehat, kenapa tidak mengajar hari itu?

Sang arif kemudian berkata, setelah tiga hari aku mengajarkan kepada kalian supaya tidak berbuat dholim, ternyata kalian masih belum paham juga, apa itu dholim. Tidakkah kalian tahu bahwa meletakkan sandal berantakan dan di atas sandal lainnya adalah perbuatan dholim. Kalian telah mendholimi sandal lainnya dengan menginjak-injaknya dan merasa bahwa sandal kalian berhak melakukan itu dan bahkan ada yang terbersit bahwa sandalnya lebih bagus dan mulia daripada sandal lainnya yang jelek dan murahan.

Jika terhadap sandal saja kalian berbuat dholim, maka terhadap yang lainnya pun kalian secara tidak sadar juga akan melakukan kedholiman serupa. Jika masih meremehkan hal yang kecil, maka kalian tidak bisa memegang amanah kepada hal yang besar.

beradab dari yang sederhana

Dari yang mudah inilah kemudian meningkat, seperti menata tempat tidurnya, membersihkan rumah, membuang sampah pada tempatnya … hingga nanti beranjak kepadai adab berguru, belajar, berkarnya dan seterusnya.

bagaimana mau menata adab keluarga, jika menata sandal saja belum bisa.

John Dewey

(20 Oktober 1859 – 1 Juni 1952)

Seorang filosof, psikolog dan pembaharu pendidikan dari Amerika dimana ide orisinalnya dan perhatiannya terhadap pengalaman dan refleksi, demokrasi dan komunitas, dan lingkungan pembelajaran, berpengaruh sangat kuat terhadap perkembangan dunia pendidikan dan reformasi sosial.

John Dewey meyakini bahwa pendidikan harus melibatkan dan memperluas pengalaman yang berkelanjutan secara terus menerus sehingga menjadi untaian penting dalam praktik pendidikan informal.

Eksplorasi pemikiran dan refleksi dari Dewey yang terkait dengan peran para pendidik, terus menjadi inspirasi. Kepeduliannya dengan interaksi dan lingkungan untuk pembelajaran memberikan kerangka kerja yang berkelanjutan dalam penerapannya. Dan hasratnya untuk demokrasi dalam pendidikan adalah supaya semua orang dapat berbagi dalam kehidupan bersama, memberikan dasar pemikiran yang kuat untuk praktik dalam pengaturan asosiasi di mana pendidik informal bekerja.

Art is the most effective mode of communications that exists

Beri dan ajaklah siswa sesuatu untuk dilakukan, bukan sesuatu untuk dipelajari, karena laku/perbuatan itu sendiri secara alami sifatnya sudah meliputi tuntutan untuk berpikir dan belajar. Karena kita tidak sedang belajar dari pengalaman, tetapi kita sedang belajar dari merefleksikan pengalaman.

Pendidikan adalah proses sosial; pendidikan adalah pertumbuhan; dan pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan adalah hidup itu sendiri.

Berikut adalah buku-bukunya yang telah menginspirasi gerakan pembaharuan sistem pendidikan.
(1916) Democracy and Education. An introduction to the philosophy of education
(1933) How We Think. A restatement of the relation of reflective thinking to the educative process
(1929) Experience and Nature
(1938) Experience and Education

 

John Holt

John Caldwell Holt (lahir 14 April 1923, wafat 14 September 1985) adalah seorang penulis dan edukator dari Amerika dengan gagasan radikalnya: unschooling.

Anak-anak yang diberikan lingkungan belajar yang kaya dan mampu memberikan stimulasi positif, akan secara alami mulai belajar ketika mereka siap dan mempelajari apa yang siap dipelajari.

“We learn to do something by doing it.
There is no other way.”

Holt meyakini bahwa anak-anak tidak perlu dipaksa untuk belajar; mereka akan melakukannya secara alami jika diberi ruang dan kebebasan untuk mengikuti perhatian dan kepentingannya dan di dalam lingkungan dengan berbagai macam sumber daya yang ada. Garis pemikiran inilah yang di kemudian hari disebut unschooling (tidak sekolah).

Kecintaan belajar anak-anak ketika masih kecil sangatlah kuat, tetapi kemudian kita menghancurkannya dengan berbagai penghargaan dan hadiah yang pada akhirnya hanya akan membuat mereka merasa lebih baik dari lainnya. Atau dengan memutuskan apa yang menurut kita harus mereka pelajari, atau memikirkan cara cerdik untuk mengajarkan kepadanya.

Supaya tidak terjadi hal seperti itu, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah membantu anak-anak menjangkau dunia yang luas ini sejauh yang kita mampu, kemudian memperhatikan dengan seksama apa yang sedang mereka lakukan, berusaha menjawab pertanyaan mereka dan membantu mereka dalam mengeksplorasi hal-hal yang paling mereka minati dan perhatikan.

Berikut adalah buku-buku yang ditulis oleh John Holt yang sering menjadi rujukan bagi praktisi unschooling:
How Children Fail (1964)
How Children Learn (1967)
The Underachieving School (1969)
What Do I Do Monday? (1970)
Freedom and Beyond (1972)
Escape from Childhood (1974)
Instead of Education (1976)
Never Too Late (1979)
Teach Your Own: A Hopeful Path For Education (1981)

Beberapa ebook bisa diunduh di https://www.johnholtgws.com/homeschooling-resource-downloads/

Sukacita di Hari Kemenangan

I’ve paid my dues
Time after time
I’ve done my sentence
But committed no crime
And bad mistakes
I’ve made a few
I’ve had my share of sand kicked in my face
But I’ve come through

(And I need to go on and on, and on, and on).

We are the champions, my friends
And we’ll keep on fighting ’til the end
We are the champions
We are the champions
No time for losers
‘Cause we are the champions of the world

setiap kemenangan musti dilalui dengan pengorbanan

Selama Ramadhan ini, kita telah menunaikan kewajiban. Dari hari ke hari berjuang mengalahkan nafsu diri. Masih banyak kesalahan yang kita lakukan. Dan sedikit kebaikan yang kita kerjakan. Tapi kita terus berjuang dan berjuang. Karena kita adalah pemenang, bukan pecundang.

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Selamat bersukacita di Hari Kemenangan ini

Biji Pohon Kehidupan

Kita tidak sedang mengajari bagaimana sebuah biji untuk menjadi pohon. Sebuah biji sudah tahu bagaimana dia bertumbuh, berkembang, berbatang dan berbunga.

Biji bunga matahari juga tidak pernah mempertanyakan dirinya, sesungguhnya biji apakah aku? Karena tahu dan tidaknya, biji matahari tetap akan menjadi pohon bunga matahari, bukan pohon kenari.

segala hal yang dibutuhkan untuk menjadi pohon, ada di biji

Yang dia diperlukan adalah sinar kasih sayang dan air kehidupan.

kasih menumbuhkannya

Petani dengan sabar dan sayangnya menepiskan penghalang sinar mentari, menyediakan air dan menggemburkan tanah supaya akarnya bertumbuh dengan sehat dengan asupan udara yang mencukupi.

Biji bunga matahari adalah anak kita. Dan kita adalah petani itu sendiri.