Gotong Royong di Proses ISO 21001:2018

ISO 9001:2000

Sebelumnya, telah dikenalkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dalam dunia pendidikan. Dengan tujuan untuk menjamin dan memastikan mutu tamatan pendidikan sehingga bisa hidup mandiri, diserap di dunia usaha dan industri serta mampu bersaing secara global. Dan ini melampaui gambaran pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Tapi, ISO 9001 (yang kemudian diperbarui menjadi ISO 9001:2008 dan ISO 9001:2015) ini sebenarnya dipergunakan dalam dunia usaha dan industri, untuk memastikan mutu produk mampu menjaga dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Yang tentunya tidak sesuai dengan hakikat mutu dunia pendidikan. Siswa bukanlah pelanggan. Siswa bukan obyek, siswa adalah subyek dari pembelajaran.

Mutu dalam dunia pendidikan berbicara mengenai nalar yang sehat, karakter yang baik, dan kehidupan sosial lingkungan sekitarnya, selain menguasai numerasi dan literasi itu sendiri. Penilaian mutunya lebih substansial dan kompleks, karena langsung berhubungan dengan manusia dalam konteks sosial, budaya, psikologis, dan bahkan politis-ideologis.

Nalarnya bukan memuaskan pelanggan, tetapi menumbuhkan manusia.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Walau tidak berkaitan secara langsung dengan ISO 9001, tetapi keinginan untuk mengglobalisasikan pendidikan Indonesia terus bergulir. Dibuatlah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan tujuan supaya sekolah memenuhi standar nasional pendidikan dan juga internasional dengan diperkaya kriteria mutu yang berasal dari negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) atau negara maju lainnya.

Yang dalam pelaksanaannya lebih cenderung kepada peningkatan persaingan dalam dunia pendidikan, layaknya dunia industri. Muncul istilah sekolah unggulan untuk membedakan dengan sekolah biasa lainnya. Yang lagi-lagi tidak sejalan dengan nilai-nilai bangsa Indonesia yang lebih menekankan kepada kerjasama, gotong royong.

ISO 21001:2018

Di Juni 2018 muncullah ISO 21001:2018 yang fokus kepada proses interaksi antara organisasi pendidikan, pembelajar dan pihak lain yang berkepentingan. Lebih mementingkan proses, bukan produk. Sebuah standar sistem manajemen yang berdiri sendiri tanpa terkait dengan dunia industri lagi. Tetapi sejalan dengan standarisasi yang lain melalui aplikasi High Level Structure.

BSN (Badan Standardisasi Nasional) Indonesia mengadopsinya di bulan September 2019. Dan di tahun 2020 ini, gencar mengadakan sosialisasi di tingkat Perguruan Tinggi. KAN (Komite Akreditasi Nasional) sampai Oktober 2020 ini belum menetapkan lembaga mana yang bisa mengadakan sertifikasi ISO 21001 ini. Jadi ISO ini masih sebuah proses perjalanan dan akan mengalami perubahan-perubahan.

ISO 21001 ini melatih organisasi untuk meningkatkan sistem manajemennya secara berkelanjutan, memenuhi kebutuhan dan harapan pembelajar, memperhatikan anak berkebutuhan khusus.

Gotong Royong di Proses ISO 21001:2018

Dari sejarah awal pengenalan standar industri untuk dunia pendidikan (ISO 9001), sampai ISO yang khusus tentang organisasi pendidikan (ISO 21001), bisa kita lihat dinamika perubahan yang sangat cepat. BSN dan KAN pun masih dalam proses pengembangan dan belum final dalam menentukan lembaga mana saja yang mendapatkan ijin untuk memberikan sertifikasi ini.

Pun begitu, proses dalam ISO 21001 ini bagus untuk digunakan, seperti Plan Do Check Act untuk meningkatkan mutu pembelajaran di satuan pendidikan. Dan semangat gotong royong di PKBM Piwulang Becik sesuai dengan prinsip partisipatif di ISO 21001.

Pertemuan kami dengan mas Tegar dari BSN di hari Minggu 11 Oktober 2020 di Piwulang Becik, menambah semangat untuk mengimplementasikan standar proses yang bagus ini.

Mari kita kembangkan.

Mengkultuskan Ujian dan Ijazah ?

“Ki Hajar ternyata pernah mengkritik pendidikan nasional kita. Ini sebenarnya kita sudah merespons dalam Merdeka Belajar, kita coba untuk memindahkan fokus dari Ujian Nasional yang berbasis kepada mapel, kepada Asesmen Kompetensi Minimum yang sifatnya literasi, numerasi, karakter. Sifatnya lintas mapel dan fleksibel,”

Demikian ungkap Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud, Iwan Syahril pada webinar bertema “Kebijakan Pendidikan terkait Guru dan Tenaga Kependidikan” yang diselenggarakan oleh Pusdatin Kemendikbud, Selasa (15/9/2020).

Dan beliau memandang apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara berikut, layak untuk dijadikan bahan refleksi tentang kondisi saat ini.

“Ini pesan Ki Hajar di tahun 1956 dan saya rasa ini masih relevan untuk kita berefleksi apakah kita sudah bergerak dari sini atau masih tergerak dalam cara berpikir yang mengultuskan ujian dan tidak menumbuhkembangkan secara holistik. Jadi ini sebenarnya sudah lama diingatkan oleh bapak pendidikan kita,”

Ki Hajar pernah melakukan kritik terhadap pendidikan Indonesia melalui pernyataannya pada tahun 1956:

“Kita lihat di zaman sekarang masih terpakainya bentuk-bentuk rumah sekolah, daftar-daftar pelajaran yang tidak memberi cukup semangat mencari ilmu pengetahuan sendiri, karena tiap-tiap hari, tiap-tiap tri wulan, tiap-tiap tahun, pelajar-pelajar kita terus menerus terancam oleh sistem penilaian dan penghargaan yang intelektualis. Anak-anak dan pemuda-pemuda kita sukar dapat belajar dengan tentram, karena dikejar-kejar oleh ujian-ujian yang sangat keras dalam tuntutan-tuntutannya. Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiwaannya; sebaliknya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai yang tinggi dalam school raport-nya atau untuk dapat ijazah. Dalam soal ini sebaiknyalah kita para pemimpin perguruan, bersama-sama dengan Kementerian P.P. dan K, mencari bagaimana caranya kita dapat memberantas penyakit examen cultus dan diploma jacht itu.

Examen cultus berarti mengultuskan ujian. Sedangkan diploma jacht berarti mengejar-ngejar ijazah.

referensi:
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/memberantas-penyakit-yang-mengultuskan-ujian (17 September 2020)

Gotong Royong Mengembangkan STEAM

It takes a village to raise a child 

Sering kita jumpai di masyarakat pedesaan, seorang ibu tengah mengajari mengaji anak-anak tetangganya. Ibu lain mengajari menjahit ibu-ibu lainnya. Seorang bapak mengajari bertukang pemuda di sekitarnya. Warga di desa itu belajar dari warga di sekitarnya. Mereka bertumbuh bersama .

Tanpa kita sadari, Piwulang Becik (PBx) sekarang ini sedang melakukan hal yang serupa dengan masyarakat pedesaan di atas. Mereka bertemu dan saling belajar satu sama lain didampingi oleh bapak, ibu atau anak yang bersedia menyedekahkan waktunya bagi warga lainnya.

STEAM & Basic Literacy

Kalau sebelumnya di sisi pedesaan, saat ini STEAM (Science Technology Engineering Arts Mathematics) dan Literasi Dasar yang merupakan bagian dari kegiatan pendidikan secara global, pun sedang dibangun secara bersama-sama oleh warga Piwulang Becik. Matriks kegiatan Student Club kita memperlihatkan dengan jelas keterkaitan kegiatan pedesaan PBx dengan pendidikan global.

4C’s
(Critical Thinking & Problem Solving, Communication, Collaboration, Creativity & Innovation)

Hal di atas bisa terlaksana karena kita mampu menganalisa dan mengevaluasi keadaan saat ini di sekitarnya. Warga PBx tanggap ingin menyelesaikan masalah, dimana salah satunya adalah karena keterbatasan pertemuan fisik imbas dari wabah corona. Kemudian menjalin komunikasi yang baik dengan warganya untuk mengatasinya secara bersama. Hasil musyawarah itu kemudian berbuah kerjasama antar warga satu dengan lainnya untuk mewujudkan pendidikan yang lokal tetapi diterima secara global. Ini adalah sebuah kreativitas dan inovasi yang bagus dari warga PBx dalam membesarkan, mengembangkan dan menumbuhkan anak-anak dan orang tua secara gotong royong.

Gotong Royong

Ya, gotong royong. Sebuah tradisi lokal yang terbukti sampai sekarang terus bertahan dan menjadi solusi kehidupan modern saat ini. Dengan semangat gotong royong ini, mari kita kembangkan secara bertahap beberapa hal yang dirasa penting untuk kita berikan kepada anak-anak kita, mulai diwujudkan.

Biaya Bertumbuh di PKBM Piwulang Becik

Dengan segala hal yang menarik itu, lantas, berapa biaya yang musti kami keluarkan?

PKBM Piwulang Becik tidak menetapkan biaya pendidikan kepada peserta didik. Dengan asas gotong royong, kami memberikan kesempatan kepada orang tua untuk ikut berpartisipasi secara sukarela.

Asas gotong royong di tengah era wabah corona sekarang ini, akan meningkatkan rasa kebersamaan dan sepenanggungan dalam menyelesaikan masalah di tengah masyarakat kita, salah satunya adalah pendidikan anak. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menumbuhkan mereka, anak bangsa kita sendiri.

Sumbangan partisipatif ini dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disalurkan lewat rekening yayasan pendidikan berikut: Yayasan Xanov Bahtera Mulia, BCA Kantor Cabang Salatiga, nomor rekening 01312 88891.

Tertarik untuk menjadi siswa di PKBM Piwulang Becik ?:), silakan mendaftar di tautan ini.

Pendampingan Di Student Clubs

Student club (SC) bukanlah kata yang asing didengar oleh kita. Kadang ada yang menyebutkannya extra kurikuler. Wadah berdiskusi dan berkegiatan siswa di luar mata pelajaran atau kurikulum yang ada.

Namun ketika kemdikbud sekarang ini lebih menekankan kepada karakter dan ketrampilan, SC adalah wadah yang penting dalam membentuk karakter dan ketrampilan.

Pun begitu, SC tetap bukan kelas pengajaran. Tidak ada guru di SC. karena SC isinya adalah aktivitas para siswa. Tidak ada tutoringnya. Yang ada pendamping.

Dan pendamping paling utama di sekolah rumah (homeschooling) adalah orang tuanya, karena orang tua melihat perkembangan anaknya setiap hari.

SC di Piwulang Becik (PBx) diselenggarakan secara offline dan online. Keduanya saling melengkapi.

Untuk yang tinggal berdekatan, akan ngumpul di PBx untuk bertemu muka. Bahkan yang dari luar kota menyempatkan untuk datang. Tapi, itu ketika wabah virus corona belum melanda. Sekarang tidak boleh lagi. Stay at home.

Untungnya, sekarang ini akses internet lebih cepat, bahkan didukung oleh koneksi data seluler yang bagus, pertemuan virtual menjadi lebih bisa dinikmati. Layanan video conference pun semakin banyak, bisa memakai Microsoft Office 365 Teams Meet, Skype, Jitsi, Zoom dan banyak layanan lainnya.

Virtual Student Club memacu kreativitas baru kita.

Saat ini sudah ada 10 SC yang berjalan secara virtual. Tidak dibatasi oleh lokasi lagi. Berikut adalah jadwal dari SC virtual tersebut.

Jadwal Student Clubs di Piwulang Becik : 20 April – 27 Juni 2020
# STUDENT CLUBS SEN SEL RAB KAM JUM SAB PENDAMPING
1 Fotografi 09:00 husayn.prasetya
2 Teknologi Informasi 16:00 16:00 robert-iswanto
3 English Club 09:00 moi-kusman
4 Seni Musik (perkusi) 16:00 bambang
5 Videografi 09:00 reza.prasetya
6 Seni Rupa (gambar) 16:00 16:00 kliwon
7 Traveling 14:00 dodi-kusmajadi
8 Astronomi 14:00 petra.chandra
9 Seni Drama 16:00 kunti
10 Seni Rupa (ilustrasi) 09:00 ratna-halim

 

Cuplikan pendampingan Student Club Menggambar oleh kak Kliwon
Cuplikan pendampingan Student Club Mengilustrasi Cerita oleh tante Ratna

Tanya Jawab Seputar PKBM PBx saat Kunjungan Teman PHI

Hari Rabu 26 Desember 2018 lalu, tim PHI (Perkumpulan Homeschooler Indonesia)  berkunjung ke PKBM Piwulang Becik.

Sebelum jam 8 pagi, mbak Ellen Kristi dan mbak Anggrahenny C Putri dari Semarang telah hadir terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian mbak Noor Aini Prasetyawati dengan putranya, R, dari Solo hadir. Dan setelah beberapa waktu, mas Sapta Nugraha dari Yogyakarta bergabung. Diskusi menjadi lebih seru.

Cukup lama juga, sekitar 5 jam lebih, kami berbincang seputar hal ihwal homeschooling di tanah air. Dan berikut adalah sedikit ringkasan dari hasil perbincangan kami tersebut, yang bisa jadi juga adalah pertanyaan-pertanyaan dari banyak teman tentang PKBM Piwulang Becik (PBx).

pendidikan yang berakar kuat dalam budayanya sendiri

tetapi terhubung dengan budaya dunia luar yang lebih luas

  1. PBx bukanlah pkbm berlabel homeschooling, lembaga homeschooling atau perkumpulan homeschooler yang dilembagakan. PBx terbuka bagi semua, baik itu HSer, siswa sekolah formal atau nonformal dari PKBM lain pun bisa ikut belajar dan berkegiatan di PBx. Tidak terbatas untuk siswa dari Salatiga saja, siswa dari seluruh Indonesia juga bisa bergabung dengan mengikuti kelas dan tutorial online.
  2. PBx menerapkan sistem belajar modular online dari Setara Daring Kemdikbud ; sebuah LMS ( Learning Management System ) yang track record pembelajaran siswanya diakui oleh diknas, dimana siswa belajar dengan kecepatan masing-masing sesuai Kontrak Belajar.
  3. Tatap Muka peserta didik dan orang tua dengan PBx dilakukan di simpul PBx, saat berkunjung ke PBx atau PBx yang mengunjungi peserta didik. Juga disediakan pembelajaran secara online dan tutorial. Dengan sistem modular, ujian modul sesuai dengan Kontrak Belajar masing-masing yang telah disetujui di awal. Dan ini menggantikan UTS dan UAS (dengan jadwal yang telah ditentukan secara serentak).
  4. PBx tidak memungut/menarik/mengutip biaya pendidikan kepada peserta didik. Tapi kami memberikan kesempatan kepada orang tua jika ingin memberikan sumbangan secara sukarela. Sumbangan tersebut akan kami catat dengan rapi dan bisa disalurkan lewat rekening yayasan pendidikan.
  5. Bagi anak yatim dan/atau tidak mampu, PBx justru tidak mau menerima sumbangan. PBx dengan senang hati memberikan pelayanan yang penuh kepada mereka, sama seperti lainnya, tanpa dibedakan. PBx selalu mengusulkan mereka di program pemerintah KIP (Kartu Indonesia Pintar).
  6. PBx tidak akan menerima permintaan untuk pembuatan rapor atau ijazah secara ilegal. PBx berkomitmen untuk taat peraturan, tidak melanggar hukum. PKBM dan pemerintah telah memberikan banyak kemudahan kepada praktisi homeschooler atau siswa informal/nonformal. Jalur yang baik, benar dan legal bisa ditempuh … jadi tidak ada alasan untuk mencari celah secara ilegal.
  7. PBx akan memandu keluarga menyusun portofolio anak secara disiplin dan rapi. Mengumpulkan Portofolio wajib dibuat oleh setiap anak didik sebagai pembelajaran akan pentingnya membangun skilset sedari dini. Karir anak dirintis dan ditekuni sedari dini, bukan nanti. Dimulai dari yang sederhana dan yang mampu dilakukan saat ini.
  8. Karenanya PBx menuntut komitmen anak dan orangtua untuk disiplin membaca materi, mengerjakan tugas dan evaluasi sesuai arahan pemerintah. Walau ini tidak bisa diartikan memindahkan kurikulum sekolah formal ke rumah, karena kurikulum pendidikan non formal dari pemerintah sudah sangat memberikan kebebasan kepada para siswa untuk menjalankan program atau proyeknya sendiri secara mandiri. Dan PBx mengakomadasikan hal ini ke dalam sistem pembelajarannya, project based education.
  9. PBx bukanlah lembaga bimbingan belajar. Tidak ada pembelajaran secara reguler untuk setiap mata pelajaran. Tetapi PBx bersedia membimbing siswa yang akan menghadapi UN atau mengambil UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) seperti yang telah dilakukannya selama ini, baik siswa dari PKBM PBx, PKBM lain, atau pun sekolah formal lainnya.
  10. PBx bukanlah sebuah agen atau biro konsultan untuk bersekolah ke luar negeri, tetapi PBx bersedia untuk berbagi pengalaman kepada anak yang hendak melanjutkan kuliah ke luar negeri.
  11. PBx bukanlah sekolah, mengajar atau tempat ujian kurikulum internasional. Tetapi dengan pengalamannya, PBx bersedia untuk memberikan info seputar ujian Cambridge IGCSE/A-Level (British Curriculum) dimana di Indonesia, seorang HSer bisa ikut Ujian IGCSE sebagai Private Candidates di tempat-tempat yang tersebut di situs tersebut. Atau mengambil SAT (American Curriculum) yang juga mempersilakan HSer untuk hanya mengikuti ujian SAT saja tanpa bergabung ke sekolah internasional sebagai Home-Schooled Students.
  12. Peserta didik wajib datang ke kota Salatiga untuk mengikuti UN.

Wuih, banyak juga yang sudah dibahas dan didiskusikan. Paling tidak, ini akan memberikan gambaran luas tentang dunia pendidikan non formal, homeschooling dan menjadikan PKBM HS-Friendly.

Terimakasih atas kehadiran dan info-info yang telah dibawa oleh para pegiat PHI. Mari kita bersama-sama memajukan pendidikan di negeri ini. Dan terimakasih atas hadiah buku Cinta Yang Berpikir nya dari mbak Ellen Kristi.

Rabindranath Tagore

Dilahirkan dengan nama Robindronath Thakur, Kolkata India 7 Mei 1861, wafat 7 Agustus 1941. Penyair dan filsuf yang mendapat anugerah Nobel dalam bidang sastra tahun 1913 melalui karya puisinya: Gitanjali. Git berarti lagu dan Anjali berarti persembahan.

“Dan karena aku mencintai kehidupan,
maka aku pun tahu
ku harus cintai juga kematian.
Layaknya bayi menangis,
seketika ibu pindahkan dari tetek kanan,
yang dalam sekejap,
tuk dia temukan tetek sebelah kiri.
Begitulah penghiburan.”.

Tagore berusaha untuk menyeimbangkan kecintaannya terhadap perjuangan kemerdekaan India dengan kepercayaannya kepada humanisme yang universal dan kekhawatirannya akan ekses-ekses nasionalisme.

Saya telah menjadi seorang yang optimis menurut versi saya sendiri. Jika saya tidak berhasil mencapainya dengan melewati satu pintu, saya akan mencobanya dengan melewati pintu yang lain. atau saya harus membuat sebuah pintu baru. Sesuatu yang luar biasa akan saya capai betapapun gelapnya masa sekarang ini.

Tagore menjadikan Shantiniketan sebagai benang penghubung antara India dengan dunia yang melintasi batas bangsa dan geografis. Sekolah yang kemudian ia namakan Visva-Bharati dengan slogannya Yatra Visvam Bhavatyekanidam (tempat seluruh dunia dapat menemukan sarang).

Awan-awan datang mengambang kedalam kehidupanku, tidak lagi membawa hujan atau mendatangkan badai, tetapi untuk menambah warna kepada langitku pada waktu sang mentari terbenam.

Ia mengembangkan kurikulum yang merupakan perpaduan unik antara seni, nilai-nilai kemanusiaan dan pertukaran budaya pada prinsip-prinsip humanisme, internasionalisme, dan lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu pendidik awal yang berpikir tentang Desa Global, sebuah pendidikan yang berakar dalam di lingkungan terdekat seseorang tetapi terhubung dengan budaya dunia yang lebih luas.

“Pendidikan tertinggi tidak hanya memberi informasi, tetapi membuat semua keberadaan selaras dengan hidup INI”

Kinerja atau Kelengkapan

Lembaga pendidikan formal & non-formal, sering mendapat tantangan antara kinerja dan kelengkapan (Performance or Compliance). Compliance mengurusi kelayakan bangunan gedung, sertifikat pengajar, laboratorium, komputer, dll.

Terlihat ketika dulu banyak sekolah menyediakan AC dan karpet di dalam kelas ketika menyelenggarakan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Menyediakan buku bilingual (bhs inggris-indonesia). Kmd guru sibuk ujian sertifikasi.

Tapi itu semua tidak meningkatkan juga sekolah tersebut ke taraf internasional. RSBI kmd dibubarkan. Terbukti bahwa mengejar compliance saja, hanya menghabiskan waktu & biaya. Tujuan utama pendidikan justru terlupakan.

Manajemen sibuk dengan bangunan, tetapi siswa terlupakan. Guru sibuk mengejar sertifikasi, tetapi lupa mengajar para siswi. Semua sibuk dengan fasilitas sekolah dan lupa bhw tujuan utama adalah mengentaskan siswa.

Kinerja atau Pemenuhan adalah dua hal yang idealnya berdampingan. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, keduanya kadang adalah pilihan. Bukan karena biaya saja, tetapi lebih kepada prioritas. Prioritas pendidikan itu siswa atau bangunan sekolah?

Sekolah tidak akan pernah ada jika tidak ada siswa. Tetapi, siswa tanpa sekolah masih tetap siswa, yang bisa belajar dimana dan kapan saja. Dengan segala yang dia punya. Siapkah pendidikan kita berpusat kepada siswa ?

Beruntungnya, pemerintah sekarang menjadikan siswa sebagai pusat dari pendidikan. Bukan slogan, tetapi dilakukan. BAN PNF (Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal) mulai mengganti akreditasi dari compliance mjd performance.

adab, BUDI PEKERTI DAN BAHASA, NALAR, LOGIKA

Kmd dikenalkannya Tes Potensi Skolastik (TPS) & Tes Kompetensi Akademik (TKA) di UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) yg memberi porsi TPS lebih dari TKA, yg lebih menekankan kpd nalar dan komunikasi.

Tes Potensi Skolastik (TPS) lebih mudah dipelajari oleh siswa dengan fasilitas paling minim, karena hanya butuh: logika dan budi bahasa, saja.

Jika logika dan budi bahasa seorang siswa sudah terlatih dengan baik, maka bukan hanya UN dan UTBK saja mjd mudah baginya. Ujian Cambridge IGCSE dan A-Level, IB, SAT atau ujian internasional lainnya juga akan mjd lebih mudah.

Jangan remehkan lagi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang minim fasilitas & guru bersertifikat. Krn mereka lebih memprioritaskan softskill: logika, budi bahasa & budi pekerti, drpd gedung tinggi. Dan bukankah pendidikan spt ini yg dicari?

Homeschooling di Singapura

Selasa 11 Juni 2019 menjelang maghrib, mas Iwan dan mbak Hani sekeluarga berkunjung dan bermalam di Piwulang Becik. Banyak cerita tentang perkembangan pendidikan di Singapura. Jenjang pendidikan, sistem Cambridge ala Singapura, kegiatan komunitas dan banyak hal yang berhubungan dengan dunia IT.

Salah satu yang menarik adalah adanya Tuition Centre yang sebenarnya bertujuan sebagai tempat untuk para pelajar dari luar ketika akan memasuki sekolah di Singapura. Semacam preparation to study in Singapore. Tuition Center atau mirip dengan lembaga bimbingan belajar ini jenjangnya dari Primary (kelas 1 – 6 SD), Secondary (kelas 7 – 10 SMP) sampai Junior College (kelas 11 – 12 SMA).

Tuition Centre mirip dengan Bimbingan Belajar

Kalau pun seandainya mereka tidak memasuki sekolah formal, dari Tuition Centre ini mereka diperbolehkan untuk mengambil exam di The Primary School Leaving Examination (PSLE, semacam UN SD), O-Level di Secondary (UN di SMP) dan A-Level di JC (UN di SMA) … sebagai Private Candidate dengan memenuhi subject yang telah ditentuk oleh pemerintah Singapura.

Namun, ujian PSLE, O-Level dan A-Level tersebut harus sesuai dengan batasan umur yang telah ditentukan. PSLE (12 tahun), O-Level (16 tahun), A-Level (18 tahun). Jadi, walaupun si anak telah siap untuk maju exam, tapi jika belum memenuhi umur tersebut, mereka harus menunggunya.

siswa di tuition centre dapat langsung mengambil exam

Itulah serba serbi dari salah satu cara ber homeschooler di Singapura. Setiap negara akan mempunyai peraturan dan ketentuan yang musti ditaati, semata mata karena setiap negara ingin penduduknya mendapatkan pendidikan yang terbaik.

Ivan Illich

Dilahirkan di Vienna Austria tanggal 4 September 1926 dan meninggal di Bremen Jerman tanggal 2 Desember 2002. Seorang pendeta katolik roma, filosof dan terkenal dengan deschooling nya dengan terbitnya buku tulisan dia Deschooling Society tahun 1971. Sebuah kritikan tajam terhadap sistem pendidikan massal.

Deschooling tidak berarti mengabaikan pembelajaran di sekolah, tetapi untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki pilihan apakah mereka akan bersekolah secara formal atau tidak. Kalau pun mereka bersekolah, bukanlah karena paksaan orang tua atau lingkungan. Atau harus mengikuti tes sebelum memasuki sekolah yang kemudian tidak mempunyai kesempatan untuk mempelajari topik yang diinginkan. Semustinya mereka diberi ruang dan kebebasan untuk memilih bagaimana mereka belajar atau bersekolah.

Kritikan Keras Terhadap Sistem Pembelajaran di Sekolah

Ivan Illich mengamati bahwa sistem pembelajaran di sekolah saat ini tidak mencukupi, karena dengan ketat lebih fokus kepada skill drill (latihan detail keterampilan teoritik). Bukan kepada metode belajar si anak.

Masyarakat telah didoktrinasi untuk percaya bahwa keterampilan itu berharga dan dapat diandalkan hanya jika itu adalah hasil dari sekolah formal.

Padahal kebanyakan pembelajaran bukanlah hasil dari instruksi. Ini lebih merupakan hasil dari partisipasi tanpa hambatan dalam lingkungan yang baik dan berarti. Cara terbaik kebanyakan orang dalam belajar adalah “bersama dengannya” (with it).

Visi Membangun Manusia

Setidaknya lima tahun ke depan, “membangun sumber daya manusia (SDM)” akan menjadi kunci di republik ini. Bukan karena diusung Jokowi-Ma’ruf Amin yang memenangi Pilpres 2019, melainkan karena esensi substansi: Kemajuan adalah milik bangsa dengan manusia berkualitas. Membangun manusia adalah jalan memajukan bangsa.

Di zaman ekonomi digital ini, yang cepatlah yang menentukan. Bukan yang sekadar pintar, apalagi hanya “besar”. Revolusi Industri 4.0 meminggirkan mereka yang lambat. Perubahan drastis yang semula terjadi hanya di sektor bisnis dan manufaktur kini merambah ke semua sektor, termasuk pemerintah dan pembangunan secara keseluruhan. Tidak hanya profesional dan pebisnis, tapi dosen dan guru, dokter, petani dan nelayan, bahkan aktivis dan pegawai pemerintah juga dipaksa beradaptasi dengan kemajuan ini. Dan tampaklah siapa yang cepat dan meraih manfaat, dan siapa yang tertatih-tatih mengejarnya. …

EKOSISTEM

Di sinilah pentingnya ekosistem untuk mengembangkan talenta nasional. Harus ada kemauan politik serta kebijakan dan tata laksana untuk mengelola dan mengembangkan talenta Indonesia.

Janji politik Jokowi-Ma’ruf tentang Empat Dana Abadi bisa dimanfaatkan secara strategis untuk mengakselerasi proses excellence ke hilir ini.

  1. Dana Abadi Pendidikan untuk meningkatkan pokok modal Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Rp 60 triliun ke Rp 100 triliun pada 2024 adalah enabler untuk melahirkan talenta di bidang akademis.
  2. Dana Abadi Penelitian bisa menjadi skema fleksibel untuk mendorong kinerja penelitian agar makin fokus menghasilkan terobosan inovatif, melengkapi inisiatif DIPI (Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang sudah diluncurkan.
  3. Agar bisa duduk di peringkat ke-500 atau bahkan ke-300 dunia, Dana Abadi Perguruan Tinggi bisa digunakan kampus untuk membangun kapasitas mereka.
  4. Dana Abadi Kebudayaan, yang sudah umum di negara maju, harus diarahkan untuk membangun prasarana dan ruang berkarya bagi pekerja seni dan budaya, sekaligus untuk meningkatkan kapasitas mereka.

EKOSISTEM UNTUK KREATIVITAS

Prinsip ketiga membangun manusia Indonesia adalah lompatan kebijakan dan tata kelola yang harus mengikuti visi, bukan sebaliknya. Dari semesta pembangunan, saya pilih tiga terpenting:

  • kesejahteraan sosial;
  • iptek, inovasi, dan seni;
  • serta pemerintahan dan reformasi birokrasi.


Sektor iptek, inovasi, dan seni butuh perombakan. Masalahnya bukanlah dana negara yang terbatas, melainkan perlunya ekosistem. Terimalah fakta bahwa inovasi, seni, dan perkembangan pengetahuan tak akan pernah bisa dipaksakan. Yang bisa dilakukan adalah membangun ekosistem agar kreativitas tumbuh, inovasi muncul, dan gagasan baru dilahirkan. Untuk itu, peran komunitas epistemik penting. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), ataupun Dewan Riset Nasional (DRN), seperti halnya Dewan Kesenian, harus dipastikan independen, by expertise, dan sungguh mendapatkan ruang untuk menilai validitas gagasan yang akan mendapatkan dukungan pendanaan dan untuk memastikan prinsip fleksibilitas pendanaan iptek dan seni.

Terakhir, reformasi birokrasi dan pemerintahan yang harus bisa mengejar kemajuan zaman. Singkatnya, kata Presiden Jokowi, “Pemerintahan Dilan: digital melayani“. Dibandingkan swasta, pemerintah dan birokrasi memang paling lambat mengadopsi dan mengadaptasi kemajuan teknologi. Karena itu, pemerintah harus memastikan ketersediaan data dan peta yang terbuka dan bebas diakses publik. Selain mendigitalisasi layanan publik, perencanaan pembangunan harus memanfaatkan big data analytics.

Indikator keberhasilan e-government bukan hanya penghematan anggaran IT dan integrasi teknologi, tetapi meningkatnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah yang makin terbuka, dekat, mudah dijangkau, dan melayani.

Kutipan dari sebuah tulisan Yanuar Nugroho (Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI Bidang Sosial, Budaya, dan Ekologi Strategis) di Kompas, 8 Juni 2019.