Rabindranath Tagore

Dilahirkan dengan nama Robindronath Thakur, Kolkata India 7 Mei 1861, wafat 7 Agustus 1941. Penyair dan filsuf yang mendapat anugerah Nobel dalam bidang sastra tahun 1913 melalui karya puisinya: Gitanjali. Git berarti lagu dan Anjali berarti persembahan.

“Dan karena aku mencintai kehidupan,
maka aku pun tahu
ku harus cintai juga kematian.
Layaknya bayi menangis,
seketika ibu pindahkan dari tetek kanan,
yang dalam sekejap,
tuk dia temukan tetek sebelah kiri.
Begitulah penghiburan.”.

Tagore berusaha untuk menyeimbangkan kecintaannya terhadap perjuangan kemerdekaan India dengan kepercayaannya kepada humanisme yang universal dan kekhawatirannya akan ekses-ekses nasionalisme.

Saya telah menjadi seorang yang optimis menurut versi saya sendiri. Jika saya tidak berhasil mencapainya dengan melewati satu pintu, saya akan mencobanya dengan melewati pintu yang lain. atau saya harus membuat sebuah pintu baru. Sesuatu yang luar biasa akan saya capai betapapun gelapnya masa sekarang ini.

Tagore menjadikan Shantiniketan sebagai benang penghubung antara India dengan dunia yang melintasi batas bangsa dan geografis. Sekolah yang kemudian ia namakan Visva-Bharati dengan slogannya Yatra Visvam Bhavatyekanidam (tempat seluruh dunia dapat menemukan sarang).

Awan-awan datang mengambang kedalam kehidupanku, tidak lagi membawa hujan atau mendatangkan badai, tetapi untuk menambah warna kepada langitku pada waktu sang mentari terbenam.

Ia mengembangkan kurikulum yang merupakan perpaduan unik antara seni, nilai-nilai kemanusiaan dan pertukaran budaya pada prinsip-prinsip humanisme, internasionalisme, dan lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu pendidik awal yang berpikir tentang Desa Global, sebuah pendidikan yang berakar dalam di lingkungan terdekat seseorang tetapi terhubung dengan budaya dunia yang lebih luas.

“Pendidikan tertinggi tidak hanya memberi informasi, tetapi membuat semua keberadaan selaras dengan hidup INI”

Ki Hadjar Dewantara

Nama kecilnya adalah Raden Mas Suwardi Surjaningrat, (lahir 2 Mei 1889, wafat 26 April 1959 di Yogyakarta). Pendiri Taman Siswa di bulan Juli 1922, sebuah jaringan sekolah yang meluas dan berpengaruh, dimana sangat menggalakkan modernisasi tetapi tetap berpijak kepada kearifan lokal dan budaya Indonesia.

Semboyan Tut Wuri Handayani yang berasal dari tradisi Jawa, digaungkan lagi oleh Ki Hadjar Dewantara. Menjadi masyhur dan kemudian dijadikan slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

PENGAJARAN DAN PENDIDIKAN DI TAMAN SISWA

Pengajaran dan pendidikannya menekankan kepada budaya kehidupan tradisional Jawa. Tetapi pengetahuan dari dunia Timur dan Barat dikenalkan juga, diajarkan untuk membantu siswanya menghadapi tantangan dunia modern pada jaman itu. Maka tidak heran jika pemikiran dari pujangga besar India Rabindranath Tagore, yang pernah mengunjungi pusat perguruan Taman Siswa di Yogyakarta pada 1927 dan Maria Montessori dari Italia, yang sempat berkunjung ke Taman Siswa tahun 1941, telah dikenal dengan baik.

Ki Hadjar Dewantara mengagumi ide Montessori yang membongkar dunia pendidikan lama kemudian membangun aliran baru. Montessori membangun perkembangan psikologis, kehidupan jasmani anak-anak, menstimulasi dan mengoptimalkan perkembangan kognitif dan panca-inderanya. Tetapi Taman Siswa dikembangkan lebih dari itu, yang mengutamakan perkembangan batin anak-anak, mengajarkan anak untuk mengenal penciptaNya.

Ki Hajar mengatakan pendidikan yang “Sangat mengabaikan kecerdasan budi-pekerti sehingga menimbulkan penyakit intellektualisme yakni mendewakan angan-angan, yang menimbulkan kemurkaan-diri atau individualisme dan kemurkaan-benda atau materialisme, itulah yang menyebabkan hancurnya ketentraman dan kedamaian di dalam hidupnya masyarakat!”

Sementara itu, sistem pendidikan Tagore menjadikan anak sebagai alat dan syarat untuk memperkokoh kehidupan kemanusiaan terutama dalam religiusitas, tetapi kurang memperhatikan masalah kognitif dan psikologis.

Taman Siswa mengembangkan sistem pendidikan tradisi Jawa – yang bisa jadi – telah mencakup ide dari sistem Montessori dan Tagore.

PENDIDIKAN YANG BERDAMPAK SOSIAL

Baginya, pendidikan tidak hanya berdampak kepada pribadi pembelajar saja, tetapi juga kepada masyarakat luas. Kepedulian kepada keadaan sekitarnya yang terjajah, membangkitkannya untuk aktif dalam perjuangan melawan ketidakadilan tersebut. Selain aktif di organisasi Sarekat Islam, bersama Douwes Dekker (Dr Danudirdja Setyabudhi) dan dr Cipto Mangoenkoesoemo, mereka mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Ki Hajar Dewantara memprotes perayaan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Tulisannya di surat kabar De Expres pada 13 Juli 1913, yang diterbitkan oleh the Indische Partij, berjudul “Als ik een Nederlander was” (Seandainya Aku Seorang Belanda) sangat mengena dan kritikan pedasnya menggema:

“Sekiranya aku adalah seorang Belanda, aku tak akan membuat pesta kemerdekaan di negeri yang telah kurampas sendiri kemerdekaan mereka. Sejalan dengan pikiran tersebut, bukan saja tak adil, tapi juga tak pantas untuk menyuruh para inlander memberi sumbangan untuk dana pesta tersebut. Ide pesta itu saja sudah menghina mereka sendiri, dan sekarang kita rampok pula kantong mereka. Teruskan saja penghinaan itu! Andai saja aku seorang Belanda, hal yang paling menyinggung perasaanku dan kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa pribumi diharuskan ikut membayar pesta yang mereka tidak punya kepentingan apapun bagi mereka!”.

Karena tulisan ini, dia diasingkan ke Belanda pada tahun 1913 dan baru dipulangkan ke Indonesia pada September 1919.

Dengan jasa-jasanya yang besar ini, maka pemerintah RI menetapkan hari kelahirannya, 2 Mei, sebagai Hari Pendidikan Nasional.

PEJUANG KEMERDEKAAN

Menariknya, di Iran, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Guru, untuk mengenang jasa besar Murtadha Muthahari seorang pejuang pendidikan dan melawan kediktatoran. Beliau dibunuh oleh kelompok Furqan yang anti Revolusi pada tanggal 1 Mei 1979. Kalau Ki Hajar Dewantara memprotes perayaan 100 tahun bebasnya negeri Belanda, Murtadha Muthahari dijebloskan ke penjara oleh rezim saat itu karena menentang perayaan mewah memperingati 2500 imperium Persia ditengah-tengah kemiskinan dan kemelaratan rakyat Iran.

Keduanya dikenang sebagai Penegak Keadilan ; bapak pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan.

Halal Bihalal Di Piwulang Becik

Halal Bihalal

Terimakasih teman-teman atas kehadiran, diskusi dan tentu makanan yang dibawanya :). Awal tahun ajaran 2019/2020 nanti, kita akan bersama-sama membangun Adab dan Kompetensi setiap anak, membangun kolaborasi dengan komunitas dan ekosistem lainnya dengan saling berguru, belajar dan melakukannya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H

meminta maaf adalah kelapangan
sebaliknya, menyebabkan kesempitan

memaafkan membawa Anda dalam ketenangan
tidak pernah memaafkan adalah kesombongan

maaf memaafkan adalah kasih sayang
membawa kebahagiaan

halal bihalal Piwulang Becik, Selasa 11 Juni 2019 jam 1600

Halal Bihalal di Sanggar Lebah Putih

Sabtu 8 Juni 2019 kami berkunjung ke Sanggar Lebah Putih. Sudah agak telat, tetapi teman-teman masih banyak yang ngobrol dan bercerita berbagai hal di situ. Nah, makanan pun masih komplet untuk dinikmati setelah bersalaman halal bihalal dengan mas Dodik, mbak Septi, Elan dan teman semuanya.

Halal bihalal adalah momen yang menarik setelah lebaran. Biasanya memang dekat sekali dengan hari lebaran. Tapi kadang pula selama masih bulan Syawal, halal bihalal masih dilakukan.

Saling meminta maaf, memaafkan dan merajut lagi kehidupan dengan hati yang lapang.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440H

Assalamu ‘alaikum sahabat Piwulang Becik,

Banyak hal yang telah kita lakukan dan kami sangat berterimakasih atas partisipasi dan dukungannya selama ini. Ada suka duka, sedih gembira. Kita lalui bersama.

Maafkan kami selama ini dalam memberikan pelayanan. Dan kami telah memaafkan pula jika ada hal-hal dari teman-teman yang kurang berkenan di kami.

setiap hari tanpa maksiat, adalah hari raya.

Kini saatnya kita merayakan hari kemenangan, hari kebersamaan untuk melangkah lebih lanjut lagi.

Sukacita di Hari Kemenangan

I’ve paid my dues
Time after time
I’ve done my sentence
But committed no crime
And bad mistakes
I’ve made a few
I’ve had my share of sand kicked in my face
But I’ve come through

(And I need to go on and on, and on, and on).

We are the champions, my friends
And we’ll keep on fighting ’til the end
We are the champions
We are the champions
No time for losers
‘Cause we are the champions of the world

setiap kemenangan musti dilalui dengan pengorbanan

Selama Ramadhan ini, kita telah menunaikan kewajiban. Dari hari ke hari berjuang mengalahkan nafsu diri. Masih banyak kesalahan yang kita lakukan. Dan sedikit kebaikan yang kita kerjakan. Tapi kita terus berjuang dan berjuang. Karena kita adalah pemenang, bukan pecundang.

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Selamat bersukacita di Hari Kemenangan ini

Terimakasih Bang Adoy & Kak Bonita

Mereka berdua ini sangat bersemangat dalam membimbing anak-anak berolah vokal, mengajari teknik menyanyi yang benar dan banyak lagi hal yang menarik.

Cerita berikutnya, akan diberikan nanti ya.

Aku Musik Padamu.

.

Makasih atas waktu yg diberikan

.

Terimakasih Kak Kliwon

Terimakasih untuk waktu dan tenaga yang telah dicurahkan dalam mengajari kami menggambar.

Teater Budaya Jawa

.

pradnya paramitha

 

seni meningkatkan budi pekerti