Endi Aras – Dolanan Bocah

Mas Endi Aras tiba-tiba bilang,” Besok kita main bareng di bawah, ruangannya cukup luas.” Langsung kita sebarkan berita ini ke teman-teman sekitar. Dan benar juga, setelah sholat Jum’at mas Endi sudah muncul. Sesaat kemudian hujan deras, tapi itu tidak menghalangi teman-teman berdatangan.

Gasing adalah lambang dari keseimbangan hidup antara jasmani dan ruhani

Melihat mas Endi menyapu dan menyiapkan ruangan, anak-anak pun langsung ikut bersih-bersih. Dan sesaat kemudian ruangan sudah siap dipakai untuk main bareng.

Dari meronce karet kemudian main lompatan, jamuran kemudian main induk ayam dengan anak-anaknya, cublak-cublak suweng, pesan berantai dengan telepon tali, dino boy, dll nya lagi. Walhasil anak-anak antusias banget dengan permainan tradisional ini.

filosofi gasing adalah gerak kehidupan

.

Setelah sholat maghrib, pun teman-teman masih minta mas Endi untuk berbagi tentang filosofi gasing. Gasing adalah lambang dari keseimbangan hidup antara jasmani dan ruhani. Dengan bergerak secara seimbang, maka gasing ini hidup dan bestari. Ketika putarannya sudah lemah, keseimbangannya hilang, oleng dan kemudian mati. Demikian pula kehidupan ini, dengan menjaga keseimbangan, maka banyak orang tua yang berumur panjang.

Dakon, memiliki 7 ceruk kecil dan 1 ceruk besar. Ceruk kecil melambangkan kehidupan sehari-hari masyarakat desa yang bekerja selama 7 hari. Ceruk besar adalah lumbung, yang mana walau pun selama 7 hari hasil kerja untuk memberi nafkah keluarga, tetap harus ada sabagian yang disimpan untuk kemudian hari. Pun begitu, harta yang diperoleh tidak saja untuk diri dan keluarganya, tetapi juga dibagikan kepada lawannya. Tetap kita tidak perlu mengisi lumbung lawannya. biarlah lawannya yang sadar untuk mengisi lumbungnya sendiri.

Mas Endi mengamati bahwa permainan tradisional akhir-akhir ini menjadi asing karena : lahan yang tidak tersedia, gencarnya permainan elektronik dan ternyata juga karena orang tua tidak mengajak anak-anaknya untuk memainkan dolanan bocah ini bersama. Seandainya setiap orang tua mau bermain bersama anaknya, niscaya hubungan batin di antara keduanya akan tumbuh dengan lebih baik lagi.

Mas Endi hanya sebentar saja menjelaskan hal ihwal dolanan bocah ini, karena setelah itu bukan hanya anak, para ibu pun langsung ikut main bekelan. Anak-anak senang memainkan gasing. Dan dolanan lainnya.

Sehari bermain, ternyata tidak mereka lelah, justru bertambah semangatnya

Melukis Wajah

Mas Agung di hari Jum’at 24 Agustus 2018 mulai mengajar melukis lagi. diawali dengan menggambar garis wajah, proporsi bagian mata hidung bibir dan kuping, pelan-pelan diarahkan untuk menggambar wajah secara keseluruhan. nantinya akan dikembangkan terus sehingga mampu melukis wajah seseorang.

kegiatan mingguan ini ternyata diminati oleh teman-teman di tengah aktivitas belajar lainnya.

..

.

Manjing Ajur Ajer

Manjing secara harfiah artinya masuk ke dalam, ajur artinya hancur lebur dan ajer artinya cair.

MANJING bermakna menghadirkan diri secara penuh ketika menjalani suatu aktivitas, kemudian AJUR, lebur dalam aktivitas tersebut, tetapi AJER, cair dan fleksibel, mampu menyesuaikan diri, tanggap dan waspada terhadap lingkungan sekitarnya.

kemampuan menyesuaikan diri, tanpa harus kehilangan prinsip dan jati dirinya sendiri

Manjing Ajur Ajer adalah kemampuan untuk masuk, melebur dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, tanpa harus kehilangan prinsip dan jati dirinya sendiri.

Dengan akar budayanya sendiri yang kuat, mudah baginya untuk mengambil dan masuk ke dalam cabang budaya baru sehingga mampu menghasilkan buah yang lebih bagus. Cabang-cabang budaya baru tidak akan merobohkannya, karena … seiring dengan bertambahnya cabang, daun yang rindang dan buah yang banyak, bertambah dalam pula akar tunjangnya dan lebar akar serabut selebar tajuk daunnya.

masuk – lebur – cair

Tidak perlu bersitegang dengan budaya baru. Justru mampu berkolaborasi dengannya. Tidak perlu anti terhadap penemuan baru, atau sistem pendidikan hasil penemuan orang asing. Karena cepatnya penemuan baru, hebatnya sistem yang baru, justru akan memperkuat dan memperlebar akar budayanya sendiri.

Ini bukan zamannya Clash of Civilization, tapi zamannya Civilization Collaboration. Dan akar budaya kita, dari dulu sampai sekarang hingga nanti selalu mampu mengikuti perkembangan zaman ini. Kita bisa tumbuh bersama, walau aku tetaplah aku, kamu juga kamu, dia pun juga tetap seperti dia.