Pendampingan untuk Mengasah Kepemimpinan

Dalam dunia profesional maupun pendidikan, dikenal istilah mentoring atau pendampingan. Menurut Anderson dan Shannon (1998), proses pendampingan dilakukan oleh sosok yang memiliki bekal kemampuan dan pengalaman yang lebih banyak kepada seseorang yang masih memiliki intensitas kemampuan dan pengalaman yang terbilang minim.

Sosok yang mendampingi biasa disebut mentor, sementara yang didampingi dinamakan mentee. Interaksi dalam proses pendampingan ditujukan untuk peningkatan kemampuan mentee, baik soft skill maupun hard skill. Kesuksesan dalam pendampingan sangat bergantung pada kemauan mentee untuk terus belajar serta kepedulian yang tulus dari mentor untuk membantu mentee berkembang.

Selain itu, dalam pendampingan sangat dibutuhkan pendekatan personal untuk membangun chemistry antara mentor dan mentee. Harapannya, dengan adanya pendekatan ini, terbangun hubungan jangka panjang melampaui relasi yang bersifat teknis.

Proses Pendampingan dalam Piwulang Becik

Mega Herawati (foto tengah) yang kerap disapa Mega, seorang manajer SDM dalam proyek studio 3D, menyebutkan bahwa mentornya, Jack, saat ini menjadi teman yang cukup akrab. Sementara Reza Ahmad Prasetya (foto paling kiri) yang akrab dipanggil Reza, manajer teknis dalam proyek studio 3D yang sama dengan Mega, mengatakan bahwa hubungannya dengan salah satu mentee-nya, Rizky, kini melebur menjadi teman diskusi. Mereka membahas ide-ide kreatif, teknik baru dalam industri 3D, maupun topik di luar itu.

Proses pendampingan juga berlaku antar rekan kerja. “Reza dulu juga mentorku buat ngajarin gambar. Eh, sekarang malah kerja bareng,” kenang Mega sambil tertawa. Reza pun mengakui belajar banyak dari cara komunikasi Mega. “Aku dulu susah ngomong sama orang. Tapi aku perhatiin caranya Mega bangun suasana, jaga mood, dan aku coba praktekin sendiri.”

Menariknya, baik Mega dan Reza sepakat bahwa meski sebagai mentee mereka sangat terbantu dalam perkembangan diri, saat mereka berperan sebagai mentor, mereka juga belajar banyak.

“Kalau teknis sebetulnya bisa belajar dari Youtube, baca buku, atau latihan sendiri secara otodidak. Tapi dalam mentoring itu kita belajar non-teknis kayak adab dan gimana pendekatan ke orang yang berbeda-beda. Kalau yang emang suka, gas terus. Makin dikasih tantangan, mereka makin seneng. Kalau yang nggak terlalu minat 3D, pelan-pelan dampinginnya,” ujar Reza menceritakan pengalamannya mendampingi project-based learning di Piwulang Becik.

Sementara bagi Mega yang lebih fokus pada pengelolaan SDM, tantangannya berbeda lagi. “Pernah tuh ada yang curhat ke aku. Bosen ngerjain 3D katanya. Yaudah kita atur jadwal main bulutangkis atau basket. Yang penting timeline tetep kekejar.”

Hubungan yang jujur, terbuka, dan penuh empati serta menjunjung adab belajar dalam proses pendampingan menjadi nilai penting yang perlu dijaga. Tidak mudah, namun hal ini melatih kemampuan dalam memimpin.

Seperti kata-kata dari Jack Welch seorang eksekutif dari perusahaan besar dunia:

“Before you are a leader, succes is all about growing yourself. When you become a leader, succes is all about growing others.”

1 reply

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] artikel sebelumnya mengenai pendampingan, disebutkan sekilas mengenai studio 3D yang dikelola oleh Reza sebagai manajer teknis dan Mega […]

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply to Menjadi Seorang Life-Long Learner - Piwulang Becik Cancel reply