Posts

Project Based Education System

Pada saat pertama kali sistem pendidikan dibangun, pemerintah membuat semua sistem pendidikan dari hulu sampai hilir secara seragam. Dari kurikulum sampai detail penilaian, seragam pula. Hal yang wajar, karena pemerintah ingin menanamkan jati diri bangsa setelah lepas dari belenggu penjajahan. Pemerintahlah yang tahu kemana arah pendidikan akan dicapai, dan rakyat mengikutinya.

sesuai kebutuhan dan prioritas proyek mereka

Seiring dengan perkembangan zaman, setelah fondasi bangsa kuat, pemerintah semakin yakin bahwa yang paling tahu ke arah mana tujuan pendidikan akan dicapai adalah si peserta didik itu sendiri. Di era informasi dan globalisasi seperti sekarang ini, setiap anak dari kecil sudah terpapar dengan perkembangan zaman yang begitu pesat. Tadi, seorang anak berkata bahwa dia ingin menjadi youtuber, sebuah profesi yang tidak pernah terpikirkan di zaman dulu. Ada yang menekuni e-sport dan membuat animasi sejak sekolah dasar. Bahkan sudah menghasilkan pendapatan finansial pula. Dan masih banyak profesi-profesi baru akan terus muncul nanti dan kemudian hari.

Sehingga sudah tidak akan mungkin lagi menerapkan sistem pendidikan yang dulu. Dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang lentur dan luwes dalam menghadapi perkembangan zaman. Di dalam K-13 revisi tahun 2017, salah satu perubahan yang penting adalah adanya perhatian kepada kompetensi dari setiap peserta didik. Kompetensi bisa dan akan lebih mudah dibangun sejak dini, dasar, menengah sampai atas. Tidak musti harus menunggu selepas SMA atau pun sarjana.

pendidikan sesuai kompetensinya

Pemerintah membuat sebuah kerangka pendidikan (platform), dimana detailnya akan di-isi oleh setiap anak sesuai kompetensinya masing-masing. Seorang olahragawan akan berkonsentrasi terhadap olahraganya, sedangkan mata pelajaran yang lain akan diarahkan untuk mendukung profesinya sebagai seorang atlet. Jika seorang anak ingin menjadi ilmuwan, dia bisa membangun kompetensinya tersebut sejak dini, dan semua mata pelajaran menjadi pendukung untuk mencapai kompetensinya tersebut. Inilah yang disebut dengan project-based education system. Setiap anak mempunyai, membangun dan mengembangkan proyeknya masing-masing.

Untuk mendukungnya, maka sistem semesteran mulai diganti dengan sistem modular. Setiap perserta didik diberikan target sekitar 5 modul untuk setiap mata pelajaran dalam setahun. Jika UTS dan UAS diselenggarakan secara bersamaan, sistem modular bisa dilakukan individual, satu anak bisa berbeda dengan anak lain dalam menyelesaikan modulnya. Ada yang lebih cepat, ada yang lambat, sesuai kebutuhan dan prioritas proyek mereka. Jika dia masih sibuk dengan jadwal latihan sebagai atlet, modul bisa dikerjakan nanti. Atau sebaliknya, di saat longgar, dia bisa mengerjakan modul-modul pelajaran terlebih dahulu, sebelum sibuk dengan jadwal pelatnasnya.

Kriteria selesainya sebuah modul pun dibangun. Diawali dengan Kontrak Belajar (KB).

Kontrak Belajar (KB) adalah kesepakatan yang dibuat di awal tahun ajaran antara anak (aktor utama), orang tua (pendamping) dan Piwulang Becik (pendukung), tentang pembelajaran yang akan dilakukan dalam mengembangkan karakter, pengetahuan umum, kewarganegaraan dan skillset yang sedang dirintisnya. Setiap anak memiliki Kontrak Belajar yang berbeda sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.

Di akhir tahun, tagihan dari Piwulang Becik sesuai dengan masing-masing Kontrak Belajarnya. Jadi anak satu dan lainnya tidak diperbandingkan, tetapi si anak akan melunasi tagihannya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sendiri di awal tahun. Di sinilah anak belajar bertanggung jawab terhadap kesepakatannya sendiri. Pun begitu, semua ini dilakukan dengan cara yang terukur sehingga tidak akan memberatkan anak.

Dan jika sudah sesuai dengan aturan yang telah disepakati sebelumnya, semua pihak yang terkait akan membuat sebuah Berita Acara sebagai pengesahan akan selesainya modul-modul yang telah dia selesaikan, sehingga sah bagi peserta didik untuk naik ke tingkat selanjutnya.

Dengan sistem pendidikan yang bagus seperti ini, bangsa kita siap bergabung bersama masyarakat dunia dalam berkarya. Maukah kita memulai dan memanfaatkannya ?