Melebur Dengan Lingkungan, Upaya-Upaya Menjadi Pribadi Yang Adaptif

Melebur Dengan Lingkungan, Upaya-Upaya Menjadi Pribadi Yang Adaptif

Hidup ini terus mengalami perubahan, dari zaman berkomunikasi menggunakan surat kini berubah hanya melalui pesan singkat digital. Dunia berubah seiring berkembangnya zaman, perubahan ini turut mengubah berbagai budaya dan kebiasaan masyarakat secara global.

Misalnya saja masa pandemi seperti ini, ada banyak perubahan yang kita alami. Seperti semua kegiatan dilakukan secara online, pembatasan pergi ke beberapa tempat, dan keterbatasan bertemu secara tatap muka dengan orang lain.  Ada banyak perubahan yang kita alami, sehingga menuntut kita beradaptasi dengan perubahan kondisi.

Menjadi pribadi yang adaptif dengan kondisi sekitar tentu sangat dibutuhkan di masa sekarang. Bukan hanya dalam kondisi pandemi seperti ini, sikap adaptif juga diperlukan saat anda berada di lingkungan yang baru, berada di lingkungan yang heterogen, dan lain sebagainya. Meskipun perubahan itu sebuah hal yang mutlak, namun ternyata ada beberapa orang yang justru bersikap menolak atas perubahan. Mereka merasa kondisi yang baru sebaiknya tidak terjadi dan menyalahkan orang lain atas perubahan yang terjadi. Tentu sikap seperti ini yang akan menghambat perkembangan hidup seseorang.

Sebagai makhluk sosial tentu kita tidak bisa hidup sendirian, ada orang lain dan lingkungan sekitar yang mencukupi kebutuhan hidup. Kemampuan beradaptasi sangatlah dibutuhkan setiap saat. Untuk itu ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menjadi pribadi yang adaptif di berbagai lingkungan dan perubahan.

1.      Menerimanya dengan ikhlas

Memang menyadari jika dunia telah berubah adalah hal yang cukup sulit. Namun kita harus menyadari jika dunia ini penuh dengan misteri, ada banyak hal yang tak terduga lainnya menanti kita. Untuk itu, kita harus bersiap setiap saat, karena ada banyak orang yang memiliki sifat berbeda-beda dan kita tak bisa hidup sendirian. Bersikap adaptif akan membuat kita lebih tenang dalam mengatasi berbagai masalah, serta dapat bertahan hidup lebih lama.

2.      Bersikaplah proaktif

Saat kita berada di lingkungan baru entah itu tempat tinggal, tempat kerja, atau bahkan tempat yang memiliki budaya berbeda, maka hal yang harus dilakukan adalah bersikap proaktif. Jangan malu untuk memulai berinteraksi terlebih dahulu. Misalnya saat pandemi seperti ini, jangan hanya diam saja. Carilah informasi yang harus dilakukan agar kita bisa terhindar dari paparan virus. Kita bisa mencarinya melalui internet atau bertanya dengan ahli. Menjadi proaktif menjadi salah satu langkah untuk hidup lebih luwes. Sikap proaktif juga membuat kita lebih mengenal lingkungan baru.

3.      Kenali bagaimana lingkungan kita saat ini

Mengenal lingkungan sekitar menjadi hal yang tak boleh diabaikan. Karena hal ini dapat memudahkan segala urusan kita. Cobalah untuk menengok sebentar apa yang terjadi di luar sana, amati setiap benda-benda yang ada di sekitar tempat kita. Mengamati lingkungan akan membuat kita lebih menyadari dimana kita sekarang dan apa yang harus dilakukan berikutnya.

4.      Lebih komunikatif

Komunikasi adalah salah satu unsur penting dalam menjalin relasi. Komunikasi bukan hanya bahasa saja, namun juga media. Di era yang serba digital sekarang tentu kita tak perlu khawatir untuk memberi kabar atau menyampaikan informasi kepada yang lain. Berkomunikasi dengan orang lain bukan hanya untuk keperluan tertentu (seperti pendidikan, pekerjaan, ataupun kekeluargaan). Komunikasi bisa berupa memberikan dukungan untuk saling menguatkan di kala dunia telah berubah. Memberi dukungan satu sama lain akan membuat kita tidak terbebani dalam menjalani perubahan kondisi baru.

Dunia memang tidak pernah bisa diprediksi, untuk itu kita harus bersikap adaptif. Meleburkan diri dengan segala bentuk kondisi yang ada di bumi.

Memperkenalkan Visual Thinking Sebagai Metode Belajar

Memperkenalkan Visual Thinking Sebagai Metode Belajar

Selama proses belajar, umumnya kita sering menggunakan otak kiri, karena hal ini berkaitan dengan proses belajar yang diterapkan di Indonesia. Padahal otak kanan manusia juga memiliki kemampuan untuk memicu seseorang agar lebih kreatif dan kritis dalam berbagai bidang, bahkan bidang eksakta sekalipun. Salah satu hal yang mendorong peran otak kanan dalam proses belajar ialah berpikir visual (visual thinking).

Secara sederhana visual thingking merupakan cara berpikir menggunakan gambar. Dilihat dari sejarahnya seseorang mulai belajar dari buku ilustrasi anak-anak, majalah, film, lukisan, brosur, smile icon, hingga gambar satelit dengan menggunakan teknologi terkini. Gambar digunakan sejak dulu untuk menjelaskan sebuah ilmu pengertahuan seperti kesenian, arsitek, engineer, desainer, sains, geologi, komunikasi, dan lain sebagainya.

Seperti yang kita tahu jika gambar merupakan sebuah simbol

Dengan simbol tersebut dapat dimaknai menjadi berbagai hal. Simbol juga sering dijadikan gambaran tentang sebuah organisasi untuk merepresentasikan visi & misi, nama, dan tujuan. Selain itu gambar juga cenderung lebih mudah dimengerti dibanding informasi berupa teks. Bahkan banyak orang yang menggunakan gambar untuk mengekspresikan emosinya mulai dari bahagia, sedih, takut, hingga marah.

Zaman dahulu sebelum terciptanya kamera atapun komputer orang-orang menggambar menggunakan pena, kertas, dan imajinasi untuk merekam suatu peristiwa. Menggambar dengan tangan membuat imajinasi seseorang menjadi lebih liar, mereka bisa menggambarkan masa depan ataupun masa lalu.

Leonardo da Vinci, seorang masterpiece hebat di zaman renaissance telah mengetahui kekuatan dari visual thinking. Beliau terus menggambarkan idenya ke dalam buku catatan yang sekarang diarsipkan. Buku catatan tersebut memuat gambar-gambar mesin inovasi yang diciptakan.

Visual thinking

Namun Visual Thinking bukan hanya sekadar menggambar saja. Otak kanan manusia pada dasarnya dirangsang supaya memunculkan ide dan inovasi melalui perkembangan kreativitas, intuisi, dan imajinasi. Sadar atau tidak sebenarnya kita sering berpikir secara visual dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saat kita ingin menggambar sebuah bangunan yang megah, maka kita akan merepresentasikan pikiran dan bayangankannya di kepala.

Sehingga bisa dimaknai jika Visual thinking merupakan kemampuan, proses penciptaan, interprestasi, penggunaan dan refleksi atas gambar, diagram dalam pikiran seseorang pada selembar kertas atau alat pendukung lainnya. Tujuannya agar informasi atau ide dapat dikembangkan. Bagi visual thinker, mereka dapat menafsirkan informasi yang melibatkan gambar-gambar bahkan dapat mempresentasikan informasi matematik menjadi sebuah gambar.

Ada beberapa langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk membangun visual thinking diantaranya:

  • Looking, tahap dimana seseorang mengidentifikasi masalah dan hubungan timbal baliknya merupakan kegiatan aktivitas melihat dan mengumpulkan
  • Seeing, mengerti adanya masalah dan kesempatan, dengan aktivitas menyeleksi dan mengelompokkan
  • Imagining, mengeneralisasikan langkah untuk menemukan solusi, dan kegiatan pengenalan pola
  • Showing and telling, menjelaskan apa yang dilihat dan diperoleh kemudian dikomunikasikan

Visual thinking sebenarnya menjadi salah satu metode pembelajaran yang baik bagi setiap orang. Karena visualisasi memungkinan seseorang untuk mengidentifikasi masalah dalam versi yang sederhana. Apalagi, visual thinking juga membuat seseorang memahami bagaimana cara belajar mereka. Setiap orang tentu memiliki cara belajar yang berbeda, sehingga jika setiap orang menemui masalah yang sama, maka mereka akan memiliki cara penyelesaian yang berbeda.

Banyak orang yang tidak memahami betapa pentingnya belajar visualisasi pikiran. Banyak dari mereka yang cenderung mementingkan kemampuan otak kiri, padahal kemampuan visualisasi oleh otak kanan dapat menyeimbangkan kita dalam berpikir. Visualisasi bukan hanya membantu kita dalam menyelesaikan masalah, namun juga mengerti perannya dalam dunia.