Literasi Global

Literasi berasal dari bahasa latin Literatus yang artinya A learned Person atau Orang Yang Terpelajar.

Terpelajar karena mempunyai seperangkat Keterampilan Nyata sebagai dasar untuk membangun sebuah Kompetensi di bidangnya masing-masing, sehingga Kualitas Kehidupan Pribadi nya terangkat naik.

kesadaran membangun kembali sosial dan budaya kita sendiri

Dimana pada tahun 2015, telah disepakati dalam World Economic Forum (Forum Ekonomi Dunia), ada 6 Bidang Literasi Dasar yang perlu dimiliki oleh setiap insan dunia.

1. Literacy (Literasi Baca Tulis)
2. Numeracy (Literasi Numerasi)
3. Scientific Literacy (Literasi Sains)
4. ICT Literacy (Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi)
5. Financial Literacy (Literasi Finansial)
6. Cultural and Civic Literacy (Literasi Budaya dan Kewargaan)

Literatus : A learned Person

Dan masyarakat literasi Indonesia telah menjadikan ke 6 literasi dasar tersebut sebagai referensinya. Sayangnya, sosialisasi literasi ini tidak diikuti dengan literasi kelanjutannya, seperti yang telah disepakati dalam World Economic Forum. yaitu

untuk *Membangun Kompetensi* nya dalam:
7. Critical thinking and problem solving (Pemikiran Kritis dan Pemecahan Masalah)
8. Creativity (Kreativitas)
9. Communication (Komunikasi)
10. Collaboration (Kerjasama)

serta terbentuknya *Insan Dengan Kualitas Karakter* seperti ini, dalam menghadapi lingkungan yang cepat sekali berkembang:
11. Curiocity (Keingintahuan)
12. Initiative (inisiatif)
13. Persistence / Grit (ketekunan)
14. Adaptibility (Adaptasi)
15. Leadership (Kepemimpinan)
16. Social and Cultural Awareness (Kesadaran Sosial dan Budaya)

Nah …… dari sini kita bisa melihat ada poin penting di karakter ke 16, *Kesadaran Sosial dan Budaya*. Adalah aneh, jika selama ini kita membangun literasi, ketrampilan dan kompetensi, tapi pada akhirnya justru kita tidak sadar akan sosial dan budaya kita sendiri.

Istilah yang dipakai di atas saja, berasal dari istilah asing, yang untuk mengerti artinya saja sudah bingung. Apalagi untuk menerapkannya dan menjadikannya sebagai adab dan kebiasaan hidup.

Padahal, dengan mengambil akhir dari tujuan tsb (16. Social and Cultural Awareness), *kesadaran membangun kembali sosial dan budaya kita sendiri*, sebagai dasar kita membangun literasi, ketrampilan dan kompetensi, maka akan lebih mudah melaksanakannya dan mendalam kesannya. Inilah yang selama ini dikenal dengan Local Wisdom atau *Kearifan Lokal* .

*Manjing Ajur Ajer*, 
*Ngelmu Iku Kalakone Kanthi Laku*,
*Ajining Diri Soko Lathi*,
dsbnya

adalah contoh bagaimana istilah Jawa ini lebih mudah dikenal, dimengerti, dilakukan dan menjadi kebiasaan hidup bagi masyarakat Jawa.

Dan jika ternyata istilah Jawa ini justru lebih asing bagi anak-anak Jawa di masyarakat Jawa, dibandingkan istilah dalam bahasa Inggris, maka sudah sepatutnya kita mengkoreksi diri kita … betulkah arah pendidikan kita selama ini di masyarakat Jawa?

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply