Makna Dari “Tut Wuri Handayani” Dan Bagaimana Penerapannya

Makna Dari “Tut Wuri Handayani” Dan Bagaimana Penerapannya

Seberapa sering anda mendengarkan istilah “Tut Wuri Handayani”? sudah cukup sering pastinya. Istilah ini dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara yang memuat nilai-nilai pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Adapun penggalan dari istilah yang kini menjadi semboyan pendidikan di Indonesia yakni Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Kurso, Tut Wuri Handayani.

 

Meski sering diperdengarkan, namun ternyata tak banyak orang tahu betul makna dari semboyan Tut Wuri Handayani. Untuk itu, akan lebih baik jika kita mengetahui bersama makna dari semboyan tersebut terlebih dahulu. Penjelasannya sebagai berikut ini.

Arti dari Tut Wuri Handayani

Secara sederhana makna dari semboyan Tut Wuri Handayani adalah sebagai seorang pendidik, guru harus memberikan teladan, dorongan, dan arahan. Adapun kedua penggalan lain yakni Ing Madya Mangun Karsa yang mengartikan di tengah semangat membimbing, memotivasi, memberikan semangat, dan menciptakan kondisi pembelajaran yang mendukung dan kondusif.

Sedangkapn pada penggalan kalimat pertama, Ing Ngarsa Sung Tulada berarti di depan, seorang pendidik mampu memberikan contoh tindakan yang baik dan bermoral.

Banyak orang yang hanya sekadar membaca kemudian melupakan semboyan pendidikan ini. Padalah istilah Tut Wuri Handayani menyiratkan prinsip kepemimpinan. Dimana sosok  guru atau pengajar menjadi cerminan bagi peserta didiknya, bukan hanya itu saja dalam dunia pendidikan ada hal lain yang harus dicukupi agar proses belajar seseorang tercukupi yakni kebutuhan batin dan kebutuhan meteril. Kebutuhan batin bisa berupa semangat dan sifat mendukung. Kebutuhan materil berupa lingkungan belajar yang kondusif. Tentu hal ini tidak akan berjalan dengan baik jika hanya guru/pengajar saja yang menjalankan, perlu pihak lain yang turut menyukseskan pendidikan seseorang, terutama orangtua.

Sejarah dari Tut Wuri Handayani

Membahas tentang semboyan Tut Wuri Handayani, tentu kita perlu melihat bagaimana sejarahnya di masa lalu. Semboyan pendidikan tersebut tentu berkaitan erat dengan sosok Ki Hajar Dewantara, beliau adalah pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Pada masa itu, Ki Hajar Dewantara mencetuskan Tut Wuri Handayani yang terdapat pada 7 pasal asa pendidikan di Taman Siswa. Yang mana hal ini menjadi wujud perjuangan beliau dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat nasionalisme. Semangat mengajar Ki Hajar Dewantara tercermin dari keputusan beliau mengganti nama gelar kebangsawanan dari Raden Mas Soewardi Soerjanignrat,dan mengajar murid-muridnya secara ikhlas dan tanpa membeda-bedakan.

Selain itu, sejarah juga mencatat jika Ki Hajar Dewantara menjadi Menteri Pendidikan Pertama Indonesia. Sehingga untuk mengenang jasa-jasa beliau ditetapkan pada Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959 tanggal 28 November 1959 perihal penetapan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, sesuai dengan tanggal lagi Ki Hajar Dewantara.

Lalu bagaimana dengan penerapan Tut Wuri Handayani?

Terkadang cukup sulit mengamalkan sesuatu setelah kita memahami maknanya, akan tetapi hal ini bukan berarti kita menjadikan Tut Wuri Handayani hanya sebagai semboyan pendidikan saja. Ada banyak tindakan yang mencerminkan semangat Tut Wuri Handayani, sebagai contoh:

1.      Ing Ngarso Sung Tulodo

Penerapannya bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari, sebagai guru/pengajar dapat mengajarkan peserta didiknya dengan metode ceramah atau memberikan nnasihat, mereka harus tahu jika ilmu-ilmu yang diterima adalah hal yang baik dan bermanfaat.

2.      Ing Madyo Mangun Karso

Hal ini dapat tercermin dari kegiatan belajar mengajar dengan metode diskusi. Sebagai pendidik, guru/pengajar diharapkan memberikan masukan atau arahan yang relevan dan berguna bagi anak/peserta didiknya.

3.      Tut Wuri Handayani

Pelaksanaannya bisa berupa proses mengamati, mengikuti, dan mengarahkan anak dari belakang saat mereka mengimplementasi apa yang telah dipelajarinya.

Meskipun Semboyan Tut Wuri Handayani sangat kental dengan kegiatan belajar di sekolah. Akan tetapi, bukan berati semangat mengajar hanya dibebankan pada guru. Ingat, “semua orangtua adalah guru” yang berarti semboyan tersebut juga bisa diberlakukan dimana saja, di rumah ataupun lembaga pendidikan lainnya. Semoga semangat belajar selalu tertanam pada diri kita semua.

 

 

Demikian artikel ini kami buat semoga memberikan gambaran bagi anda tentang serba serbi dunia pendidikan. Apabila ada pertanyaan tentang pendidikan alternatif Anda bisa hubungi kami di https://piwulangbecik.sch.id untuk informasi lebih lanjut.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply