Memilih Pendidikan Alternatif Untuk Masa Depan Anak Dengan PKBM

Memilih Pendidikan Alternatif Untuk Masa Depan Anak Dengan PKBM

Istilah Homeschooling tentu kini tak lagi asing di telinga Anda, bukan? Banyak yang mengira Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ibarat sebuah sekolah yang diadakan di luar institusi. Padahal, secara hakiki PKBM merupakan sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara ‘at-home’ atau pendekatan alternatif lainnya. Dengan pendekatan PKBM, akan membuat anak merasa lebih nyaman selama proses belajar. Kenapa demikian? Sebab dengan belajar di rumah, mereka bisa menentukan materi apa yang ingin dipelajari, anak-anak dapat belajar kapan saja dan dimana saja.

Bahkan di negara Amerika Serikat diketahui jika 1,8 juta anak memilih sistem pembelajaran Pendidikan Alternatif seperti pendidikan Non-Formal dibanding di sekolah formal. Seorang penulis buku “Learn in Freedom” bernama Karl M. Bunday mengatakan jika fenomena tersebut disebabkan oleh kecemasan orangtua terhadap masa depan anak-anaknya saat belajar di sekolah formal. Dengan belajar di rumah, tentu orangtua dapat mengetahui bakat dan hobi apa yang dimiliki anak, sehingga orangtua tahu keterampilan mana yang dapat dikembangkan. Bukan hanya itu saja, mengingat semakin banyak anak yang belajar di PKBM, maka banyak orangtua juga yang membentuk jaringan agar dapat saling berbagai pengalaman satu sama lain selama proses mendidik anak di PKBM. Selain sebagai media bertukar informasi dengan adanya media jejaring maka para orang tua bisa membentuk kelompok belajar  jika minat anak-anak mereka kesamaan. Oleh karena itu, sistem belajar di PKBM hampir sama dengan sekolah formal pada umumnya.

Fleksibilitas belajar dalam PKBM tentu menjadi sebuah keuntungan tersendiri, karena anak bisa menentukan kapan saatnya mereka mulai belajar dan kapan saatnya beristirahat. Anak dilatih untuk punya komitmen atas pilihan waktu dalam belajarnya, tentunya cara ini juga baik untuk melatih kedisiplinan atas waktu.  Berbeda dengan sistem pendidikan formal dimana jadwal pelajaran sudah tertulis dan harus dijalankan, tanpa memperhatikan kondisi anak.

Seorang pakar pendidikan reformis, Everett Reimer juga berpendapat jika sistem sekolahan formal yang kaku kini telah berubah. “Kedatangan anak ke sekolah tidak identik dengan belajar. Belajar dapat dilakukan dimana saja. Ruang sekolah bisa di kamar tidur, dapur, warung, lapangan olahraga, dan lain sebagainya.” Hal tersebut ia kutip dalam bukunya yang berjudul “School is Dead.”

Lalu bagaimana perkembangan Pendidikan Alternatif di Indonesia?

Tepat pada tanggal 4 Mei 2006 di Kantor Depdiknas Jakarta, beberapa tokoh dan praktisi pendidikan telah dideklarasikan berdirinya ASAH PENA atau kepanjangan dari Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif. ASAH PENA akan mengakomodasi berbagai kegiatan pendidikan alternatif di Indonesia, termasuk kegiatan homeschooling.

Penyelenggaraan homeschooling dan Pendidikan Alternatif lainnya sudah dijelaskan dalam UU Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tepatnya pada Pasal 1 ayat (1).

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Dengan landasan di atas, tentu kita tak perlu takut lagi dengan kredibilitas lembangan pendidikan Alternatif Non-Formal seperti PKBM.

Mungkin di lingkungan sekitar tempat tinggal kita masih banyak orangtua yang memilih menyekolahkan anak mereka ke sekolah formal. Tentu hal ini terkadang membuat diri sendiri menjadi dilema. Apalagi ada banyak kekhawatiran yang tersimpan saat anak belajar di sekolah formal, misalnya saja:

  • Terlibat tawuran atau geng motor
  • Menjadi korban bullying teman sebaya
  • Mengalami kekerasan fisik, verbal, ekonomi, bahkan seksual
  • NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya)

Tentu semua itu bisa terjadi karena semua kegiatan anak tidak bisa diawasi secara langsung. Anda  tidak bisa mengetahui dengan siapa anak berteman,  kemana saja anak pergi setelah pulang sekolah,  dan lain sebagainya. Apalagi dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju sekarang ini jika tidak diimbangi dengan keterbukaan komunikasi sejak awal maka akan membuat Anda akan kesulitan dalam mendampingi anak. Dengan pendidikan non-formal, maka akan mempermudahkan orangtua mengawasi tumbuh kembang anak secara langsung.

Penjelasan pada artikel ini bertujuan membantu anda dalam menentukan pendidikan seperti apa yang sebaiknya diberikan pada anak. Semoga artikel ini bermanfaat.

 

 

Demikian artikel ini kami buat semoga memberikan gambaran bagi anda tentang serba serbi dunia pendidikan. Apabila ada pertanyaan tentang pendidikan alternatif Anda bisa hubungi kami di https://piwulangbecik.sch.id untuk informasi lebih lanjut.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply