Perlukah Menanamkan Jiwa Kompetitif Pada Anak?

Perlukah Menanamkan Jiwa Kompetitif Pada Anak?

Siapa yang tak bangga ketika melihat anak meraih juara dalam sebuah kompetisi? Mengikutsertakan anak dalam sebuah kompetisi atau perlombaan tentu memberikan banyak dampak, seperti menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri, menjadi dorongan untuk belajar lebih, dan menumbuhkan jiwa kompetitif. Tentu tak ada salahnya mengajak anak untuk mengikuti berbagai lomba selagi belum dewasa. Akan tetapi orangtua harus berhati-hati, karena biasanya ambisi pribadi orangtua sering kali terlibat dalam hal ini.

Sayangnya di luar sana banyak orangtua yang ingin anaknya memenangkan perlombaan sehingga menuntut anak menjadi pemenang. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi pertumbuhan anak, mereka akan mendapatkan tekanan mental yang cukup besar. Apalagi jika anak tak berhasil memenangkan perlombaan, mereka akan menyalahkan diri sendiri dan menunjukkan rasa kekecewaannya baik itu langsung maupun tidak. Jika hal ini terus terjadi, anak akan menjadi rendah diri, dan terlalu berambisi. Terlalu ambisius membuat anak melakukan berbagai cara untuk menjadi pemenangnya, tanpa peduli apakah cara yang mereka lakukan itu jujur ataupun curang.

Pada kondisi itu tentu sikap kompetitif sudah tidak sehat. Jiwa kompetitif yang seharusnya mendukung anak untuk berkembang secara mental dan kemampuan, justru membuat mereka tertekan. Untuk itu, sebagai orangtua anda perlu memahami  bagaimana anak memiliki sifat kompetitif yang sehat.

Perlu dipahami jika berkompetisi tak berarti bersaing dengan orang lain, namun anak bersaing dengan dirinya sendiri. Anak harus mengusahakan untuk menjadi versi terbaik dari dirinya. Sayangnya banyak orangtua yang tidak memahami perkara ini, sehingga mereka justru meminta anak untuk menjadi terbaik diantara teman-temannya. Untuk itu, ada kiat-kiat yang dapat diterapkan oleh orangtua untuk menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat pada anak.

1.      Tanamkan konsep positif tentang kompetisi

Katakan pada anak jika pencapaian bukan hanya tentang memenangkan sesuatu, akan tetapi memiliki tujuan yang jelas dan usaha meraihnya. Jika seandainya mereka mengalami kegagalan, itu bukan masalah besar, mereka justru memiliki kesempatan untuk belajar dari pengalaman tersebut.

2.      Jadilah role model yang baik untuk anak

Anak adalah peniru yang baik. Untuk mencontohkan bagaimana persaingan yang sehat kepada anak anda bisa mengajak anak bermain bersama. berikan sikap yang baik saat anda mengalami kekalahan dan bagaimana anda memenangkan permainan.

3.      Bangun rasa empati

Kompetisi akan menjadi sehat jika orangtua mengajarkan kepada anak untuk menomorsatukan pertemanan yang baik. Ajak anak untuk tidak memikirkan dirinya sendri saja, serta membangun hubungan interpersonal yang baik. Katakan padanya jika menang dan kalah adalah hal yang biasa.

4.      Tekankan pada motivasi intrinsik

Dalam suatu kompetisi, seseorang bukan hanya di dorong oleh faktor-faktor luar seperti, kemenangan, piala, piagam, atau uang. Namun, ada faktor dari dalam diri yang turut mendorong seperti kegembiraan dan pengembangan diri. Tekankan dorongan pada anak yang bersifat intrinsik, misalnya menjadi pribadi yang lebih kuat secara mental, menumbuhkan rasa percaya diri, dan lain-lain.

5.      Keseimbangan itu penting

Ingat kemenangan bukan segalanya, saat anak merasa sedih karena tak meraih hasil yang memuaskan, maka orangtua harus memberikan apresiasi dan dorongan positif. Katakan pada anak jika ia telah mengusahakan yang terbaik. Mungkin saja, hari ini bukan hari keberuntungannya.

Ingat kompetisi yang sehat bukan berfokus pada kemenangan, namun proses yang dijalani oleh anak. Mulailah tanamkan mindset pada diri sendiri dan anak jika setiap perjuangan tentu selalu ada usaha dan progres untuk lebih berkembang.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply